Roh Jahat dan Babi

by | Aug 1, 2022 | Chaplain | 0 comments

Romo,  mengapa Yesus ketika mengusir roh jahat dari seseorang di Gerasa membiarkan roh jahat itu masuk ke kawanan  babi. Bukankah itu merugikan?

Perbuatan Yesus mengusir roh jahat pada orang Gerasa dan membiarkan masuk ke dalam babi, dan kemudian babi-babi itu menjeburkan diri ke laut akan dipandang sebagai tindakan yang merugikan pemiliknya  jika dilihat dari kacamata kehidupan sekarang. Namun kalau kita melihatnya dalam pandangan budaya dunia Timur Tengah pada zaman Yesus, tindakan Yesus merupakan tindakan pembebasan. 

Apakah makna dari kisah yang diceritakan oleh tiga penulis Injil, Matius  (8:28-34) (Markus (5:1-20) dan Lukas (8:26-39)? Kisahnya adalah Yesus memasuki wilayah Gadara, tempat orang-orang Gerasa – daerah seberang Yordan yang penduduknya berbudaya Yunani dan Yahudi. Di Gadara akan ditemui kuil-kuil bagi penyembahan dewa-dewa, perayaan-perayaan dan ritual paganisme. 

Manusia lebih penting daripada babi

Yesus berkuasa atas roh-roh jahat. Dia mengusir roh-roh jahat itu dari laki-laki yang dirasukinya. Bagi Yesus, jiwa manusia sangatlah berharga. Dia mempertaruhkan segala-galanya: hidup dan mati-Nya untuk menyelamatkan manusia. Walaupun orang Gerasa yang dirasuki roh jahat itu sudah kehilangan martabatnya dengan tinggal di kuburan dan memukul-mukul dirinya dengan batu, tetapi di mata Yesus dia tetaplah kesayangan Allah. Maka Tuhan membebaskan dari cengkraman roh-roh jahat dan martabatnya dipulihkan. 

Babi, binatang yang Najis

Ketika roh-roh jahat itu diusir, maka mereka meminta supaya diperbolehkan merasuki babi-babi. Roh jahat yang menyukai  chaos dan ketidak-teraturan, memilih babi yang juga adalah binatang yang tidak teratur dalam hal makan dan hidup. Mari kita perdalam. 

Di mata umat Yahudi, babi adalah binatang yang najis. “Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya” (Ul. 14:4-8). Mengapa babi dinyatakan haram hanya karena tidak memamah biak? Binatang yang memamah biak, sangat teratur di dalam makan. Domba dan sapi makan rumput, namun babi makan semua yang didapatinya: rumput,  sisa makanan dan bahkan bangkai pun dimakan. Hal ini bertentangan dengan umat Yahudi yang dalam ritual keagaaman hidup dengan bersih. Dalam perspektif Perjanjian Lama, ‘menjadi kudus adalah menjadi utuh, menjadi satu; kekudusan adalah kesatuan, integritas, kesempurnaan setiap individu dan sejenisnya. Dan binatang babi menjauhkan dari gambaran kudus itu.

Alasan lain adalah babi itu sekali beranak banyak jumlahnya. Kira-kira bisa 8-12 anak. Hal ini menyulitkan untuk mengetahui manakah yang merupakan anak sulung. Padahal bagi orang Yahudi pada waktu itu, anak sulung dari ternak adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan. “Segala apa yang lahir terdahulu dari kandungan, Akulah yang empunya, juga segala ternakmu yang jantan (Kel 34:19).

Pembebasan Manusia

Maka tindakah Yesus membiarkan roh-roh jahat itu masuk ke dalam kawanan babi adalah tindakan pembebasan. Pembebasan agar manusia dijauhkan dari kenajisan dan kembali menjadi kudus. Pembebasan itu bukan hanya ditujukan untuk orang yang kerasukan, namun juga orang-orang Yahudi yang tinggal di Gadara. Yesus ingin untuk meneguhkan identitas bangsa Israel sebagai bangsa yang dipisahkan (dikuduskan) untuk Yahweh. Mereka menjadi berbeda dengan bangsa-bangsa lain karena dipilih dan dikuduskan. Larangan itu pertama-tama ditujukan bagi bangsa Israel yang sedang membangun identitasnya, dan bukan untuk mereka yang lahir dan hidup dalam kultur lain di luar kultur Yahudi.

Menolak Yesus

Orang-orang Gerasa, menurut Lukas 8:27 ketakutan karena melihat kuasa Yesus yang begitu besar. Pun demikian mereka menyuruh Yesus pergi. Orang-orang Gerasa merasa nyaman dengan kenajisan mereka dan tidak mau berubah walaupun melihat kuasa Yesus. 

Refleksi

Tuhan Yesus memanggil kita kepada kekudusan. Namun sering kita enggan meninggalkan kebisasaan-kebiasaan yang tidak baik. Apakah kita seperti penduduk Gerasa yang nyaman dengan kebiasaan yang tidak baik, dan bahkan mengusir Yesus karena mengusik ketidak-teraturan hati kita?

Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori