Renungan 5 Juli 2020

by | Jul 4, 2020 | Chaplain | 0 comments

CORONA VIRUS DIKIRIM TUHAN?

Apakah Tuhan mengirim Corona Virus kepada umat manusia agar manusia belajar?

Pertanyaan ini sederhana, tetapi jawabannya tidak sederhana karena merefleksikan pemahaman kita tentang Tuhan. Dalam banyak budaya kuno, Tuhan sering digambarkan suka untuk mengganjar perbuatan baik dan menghukum perbuatan jahat dengan bencana. Maka ketika ada bencana alam, orang zaman dahulu akan memberikan persembahan kepada dewa-dewa, untuk melunakkan kemarahan hati mereka. Tradisi ini sering mempengaruhi cara berpikir manusia beriman sampai sekarang: jika manusia tidak berbakti kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengirim bencana alam. Bagaimana iman katholik menalar dengan imannya?

Iman Katholik bertumpu pada Injil, kabar Gembira Tuhan Yesus Kristus. Kita percaya bahwa dalam pribadi Yesus, Allah terwahyukan secara sempurna. Dalam Yoh 10: 30, Tuhan Yesus bersabda, ‘’Aku dan Bapa adalah satu’’.  Maka dalam pribadi Yesus yang hidup pada awal Masehi, mewujud ke-Allahan sepenuhnya. Maka kita menyebut “Tuhan Yesus”. 

Dan dalam Injil kita tidak menemukan Yesus mengirim bencana kepada orang-orang yang melakukan kekeliruan. Bahkan ketika dua muridnya, Yohanes dan Yakobus bertanya, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? j ” (Luk 9:45), maka Yesus malah menegor mereka. Yesus tidak mengirim malapetaka untuk umat manusia.

Maka saya yakin bahwa Tuhan tidak menciptakan virus dan menyebarkannya untuk memberi hukuman atau peringatan kepada kita. Meskipun belum diketemukan dari mana sebenarnya COVID-19 berasal, pastilah ada penjelasannya.

Lalu dari mana virus itu muncul? Manusia, sebagai mahkota ciptaan, diberi Tuhan akal budi dan kebebasan. Dan Tuhan menyerahkan bumi ini, yang bekerja menurut hukumnya sendiri dalam kuasa manusia (bdk. Kejadian 1:28). Maka sering kali tanpa sengaja, pilihan-pilihan sikap menimbulkan efek yang sangat tidak dikehendaki. Tuhan juga menaruh hukum dan mekanisme alam, seperti misalnya dalam periode tertentu gunung berapi akan meletus.

Maka manusia sebagai mitra Tuhan dalam mengelola ciptaan perlu terus menerus belajar. Bahwa apa yang kita putuskan dan kita lakukan mempengaruhi alam semesta.

Ada beda besar antara Allah mengzinkan hal itu terjadi, dan Allah sengaja membuat COVID-19 ini terjadi. Gereja mengajarkan bahwa proposisi pertama benar, tetapi tidak yang kedua. Bahwa manusia sering mengalami penderitaan, kesulitan, wabah, peperangan, teroris: itu bukan Tuhan yang sengaja menciptakan untuk menguji iman kita. Penyertaan Allah adalah sebuah perjanjian. Bahwa Allah menyertai kita. Ketika kita mengalami kesulitan dan penderitaan Tuhan tidak jauh dari kita.

Atas Covid-19, itu tidak diciptakan Tuhan, tetapi diizinkan Tuhan. Dan kita perlu banyak belajar, tentang sistem politik apa yang terbaik (Demokrasi sosial seperti Australia lebih baik daripada Demokrasi Liberal seperti di USA dalam hubungan dengan wabah), data yang jujur dan benar, transparansi, ketaatan publik untuk keselamatan bersama, dan lain-laain.

Saya percaya bahwa Covid-19 bukan diciptakan oleh Tuhan, karena Allah yang menjelma dalam pribadi Yesus bukan Allah yang kejam, tetapi penuh kasih. Dia juga mengajak kita menghadapi penderitaan. Dan meyakinkan kita bahwa penderitaan bukan akhir dari hidup manusia. Karena setelah mengalami wafat Dia bangkit.

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori