Renungan 17 Mei 2020

by | May 15, 2020 | Chaplain | 0 comments

BERKAT DI MASA PANDEMI

Sharing LIVING, SUFFERING, LOVING, AND LEARNING in a time of anxiety

Setiap kesulitan memberikan rahmat kepada kita. Di balik kesulitan besar COVID-19, kami melihat rahmat yang tersembunyi. Saya ingin menyeringkan bagaimana keluarga besar saya menghadapi pandemi ini.

LIVING

Tiba-tiba semua berubah. Kakak saya mengajar online dari rumah. Saudara yang punya toko menutup toko dan tetap menggaji para karyawan, walau tidak dengan gaji penuh. Kakak yang sudah pensiun sih, biasa-biasa saja. Yang membuka kantor tetap buka tetapi dengan standar ketat: yang masuk harus dipastikan cuci tangan dengan sanitiser. Penghasilan berkurang jauh.

Tiba-tiga WA group keluarga yang biasanya sepi menjadi ramai. Dimulai dengan kakak bernama Agus yang seorang guru matematika mulai absen. Dijawab dengan: Keluarga Pangkalpinang sehat, Semarang sehat, Jakarta sehat, Tegal sehat. Kita kemudian sering berkomunikasi, saling menyapa. Biasanya group keluarga sepi-sepi selalu. Kali ini ramai. Video cucu yang paling menghibur.

SUFFERING

Ibu saya yang tinggal di desa tiba-tiba merasakan perubahan besar. Jalan masuk kampung ditutup dan tinggal satu gerbang. Ada program Jaga tangga (Menjaga tetangga). Ada chek point di mana warga kampung yang pulang kerja dipastikan membersihkan diri. Yang di luar kota tidak boleh masuk dan harus tinggal di luar desa selama 14 hari. Harga-harga kebutuhan sehari-hari naik tinggi. Ibu jadi sangat khawatir, karena sebagian besar cucu-cucunya tinggal dan bekerja di kota Jakarta. “Cucu-cucu saya jauh lebih pintar dari saya, tetapi kenapa saya cemas ya?”, begitu kalau saya telpon. Cucu-cucu dan anak-anak yang jauh tidak bisa mengunjungi Ibu. Dia juga takut kalau tertular, karena usia yang sudah 88 tahun. Maka tiap pagi berjemur.

Penghasilan bulanan rata-rata berkurang. Apalagi saudara yang mempunyai karyawan. Tapi mereka tidak mau memberhentikan satupun karyawan.  Dan tetap membayar tunjangan hari raya.

LOVING

Gak tahu siapa yang mulai, tiba-tiba group keluarga mulai berbagi pengalaman mengais rejeki. Kakak Suster mengirim video tentang kebun yang dia (atau karyawannya) tanami tanaman yang membuahkan bumbu-bumbu dapur. Kakak yang lain mulai memposting aktivitas berkebun sayur-sayuran, ikan, ternak ayam kampung dan telur-telurnya. Sebenarnya kebun mereka tidak terlalu luas tetapi bisa produktif. Kakak memancing ikan di sungai dan mendapat banyak ikan untuk dimasak. Ada kakak yang membuat hiasan sprei dan ada yang order. Rejeki tetap datang kendati mungkin hanya untuk makan sehari-hari.

Ada juga yang menjadi suka memasak. Memasaknya cukup banyak kemudian dibagi para tetangga. Ada yang mengisi waktu dengan jualan makanan lewat Buka Lapak. Dari Sydney saya berbagi pengalaman membuat content Youtube bersama beberapa umat CIC. 10 content youtube yang dihasilkan. Tidak semua yang kami lakukan berhasilAda kakak yang menemukan ikan yang dipelihara mati karena terlalu banyak ikan hingga kurang oksigen.

Kami seperti saling menyemangati untuk mengisi masa-masa sulit tidak dengan mengeluh tetapi dengan kreatif. Anak-anak yang masih kecil diajari masak dan segala ketrampilan.

Kami juga share tentang ayah kami yang meninggal tahun 89. Dia sangat rajin dan  mengajari kami supaya “tangan tetap megar jangan nutup” artinya terus bekerja kreatif dan jangan menyerah. Kami masing-masing menulis refleksi tentang ayah dan diedit oleh kakak dan sekarang sedang menunggu untuk dicetak. 

Kakak mulai berusaha membantu paroki seperti membantu untuk misa live streaming. Mereka juga mulai melihat bahwa alam menjadi begitu indah. Langit biru dan udara bersih. Burung-burung bernyanyi ceria.

Ibu saya tidak lagi cemas. Sudah tertawa dan mengisi hari-hari dengan doa. Berdoa bagi anak-anak dan cucu-cucu serta Gereja. Dia selalu mengingatkan bahwa Tuhan senantiasa menyertai keluarga kami.

LEARNING

Pelajaran yang sangat penting adalah kami disadarkan bahwa hidup bisa tiba-tiba berubah. Maka memiliki tabungan sangat penting. Sesulit apapun hidup sisihkan uang dan miliki tabungan. Kami juga disadarkan bahwa iman kepada Tuhan itu nyata pentingnya. Saat kalut dan kawatir, semua perkara diserahkan kepada Tuhan. Dan saat kita berpasrah, kecemasan kami mengecil dan energi kreatif muncul. Kepasrahan membuat kami lebih fleksibel dalam mengalami kesulitan-kesulitan.

Akhirnya

Saya menulis ini untuk mengajak anda berefleksi dan belajar dari pengalaman sulit ini. Saya ingin anda juga berbagi pengalaman akan saat-saat pandemi ini. Mungkin hanya lewat share foto. Saling menceritakan pengalaman positif akan menularkan semangat.

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. (Mz 37:5).

 

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori