Fanatisme dalam agama, perlukah?

by | May 6, 2023 | Chaplain | 0 comments

Umat CIC Sydney  ytk, tema di atas akan dibahas dalam 2 edisi bulletin, Minggu tanggal 7 mei dan minggu tanggal 14 Mei.

                Dalam bacaan Injil hari minggu paska V tgl 7 Mei ini, Yesus menegaskan: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Penegasan Yesus ini seringkali disalahtafsirkan oleh beberapa orang, di mana penafsiran mereka cenderung menjurus ke fanatisme sempit atau naif: Tidak ada keselamatan di luar Yesus, Yesuslah satu-satunya jalan kebenaran untuk sampai kepada Bapa! Benarkah seperti itu? Apakah kita harus menjadi fanatik yang seperti itu?

                Sebelum menjawab pertanyaan di atas, saya mengajak umat sekalian untuk memahami terlebih dahulu apa itu fanatisme. Pada dasarnya, fanatisme adalah perilaku seseorang yang terobsesi terhadap sesuatu secara berlebihan. Hal ini bisa macam-macam, mulai dari agama, ajaran tertentu, politik, olahraga, dan seterusnya. Perilaku ini juga memiliki dampak buruk hingga gangguan mental. Tetapi pada dasarnya, memiliki ketertarikan terhadap sesuatu itu tidak dilarang. Hanya, jika itu berlebihan, dampaknya juga tidak baik. Berikut ini penjelasan lengkap mengenai fanatisme.

Pengertian Fanatisme

                Sikap fanatisme berhubungan dengan bentuk dedikasi yang menggebu-gebu dan tidak bersyarat terhadap sesuatu. Biasanya, sifatnya tidak pandang bulu, bahkan bisa menunjukkan kekerasan. Pasalnya, fanatisme bisa menciptakan suatu keyakinan dan pemahaman berupa kesetiaan, hubungan, pengabdian, loyalitas, kecintaan, dan lainnya. Jadi jika coba disimpulkan, fanatisme adalah perilaku dengan sikap antusiasme dan kesetiaan yang berlebihan atau kepedulian seseorang terhadap suatu objek. Hal ini bisa berupa ajaran tertentu, seseorang, politik, hingga agama. Tentunya perilaku ini juga bisa memberikan dampak yang buruk bagi orang itu sendiri dan sekitarnya. Maka, sikap yang seperti inilah yang disebut fanatisme sempit/naif, yang pasti dampaknya selalu negative dan merugikan pihak lain.

Ciri fanatisme

Kita bisa mengenali sikap fanatisme dengan mudah dari ciri-cirinya. Mungkin beberapa ciri di antaranya kita pernah menemui di lingkungan sekitar kita atau bahkan orang terdekat. Untuk itu, berikut beberapa ciri-ciri fanatisme:

  • Sulit berpikir secara logis dan rasional
  • Sulit menerima pendapat orang lain
  • Memiliki cara pandang yang sempit terhadap sesuatu
  • Bersemangat dalam mengejar sesuatu untuk tujuan tertentu

Jenis Fanatisme

Banyak sekali bentuk sikap fanatisme di lingkungan sekitar kita. Umumnya, sikap ini muncul di dunia olahraga, politik, artis/public figure, agama sampai dengan gaya hidup. Berikut ini beberapa jenis dari fanatisme:

  • Fanatisme olahraga: Penggemar memiliki cara sendiri dalam menunjukkan rasa suka dan kesetiaannya pada kelompok olahraga yang didukung. Contohnya, memakai pakaian dan aksesori, menyanyikan yel-yel, membuat tato, dll.
  • Fanatisme publik figur: Sikap yang memiliki keyakinan, rasa memiliki, dan kesetiaan yang kuat serta tidak rasional terhadap artis yang diidolakan. Contohnya, penggemar yang menguntit atau stalking, menerobos masuk ke rumah artis, dll.
  • Fanatisme agama: Sikap ini bisa membutakan individu akan kebenaran, penyebab, dan penjelasan logis. Biasanya, individu ini akan melakukan proses doktrin dengan tujuan memenuhi kebutuhan atau keinginan kelompok atau organisasi tertentu.
  • Fanatisme gaya hidup: Perilaku yang membeli barang secara impulsif dan hedon demi memenuhi gaya hidupnya.

Dampak Buruk Fanatisme

Perilaku fanatisme tidak dianjurkan karena bisa menimbulkan dampak buruk. Pasalnya, hal ini bisa membuat seseorang berperilaku atau memiliki perasaan yang obsesif dan posesif terhadap sesuatu. Berikut ini dampak buruknya:

  • Mengubah kepribadian seseorang menjadi sulit menerima masukan, saran, pendapat, dan tidak toleransi.
  • Mengubah perilaku seseorang menjadi pemarah, bahkan membenci orang yang punya pendapat berbeda.
  • Mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih egois serta narsis, hingga menganggap idolanya itu seperti pacarnya.
  • Fanatisme bisa memecah belah kepercayaan, kelompok atau golongan, serta menimbulkan sikap ekstremisme, radikalisme, dan anarkisme.

Pencegahan Prilaku Fanatisme

Setelah mengetahui dampak buruknya, tentu kita perlu tahu bagaimana melakukan pencegahan agar tidak timbul sikap yang fanatisme. Untuk itu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, berikut di antaranya:

  • Mengutamakan dialog dan berdiskusi, tapi hindari berdebat karena orang yang fanatisme punya pertahanan yang kuat dengan pendapatnya.
  • Membiasakan untuk berpikir secara logis, kritis, dan rasional.
  • Menambah wawasan, bisa dengan pendidikan atau mempelajari hal yang berbeda. Contoh, jika fanatisme dalam agama, cobalah mempelajari ajaran kebaikan yang universal dari agama lain.
  • Memahami dan menerima perbedaan karena pada dasarnya, kita hidup berdampingan dengan manusia lain yang berbeda-beda.
  • Berani mencoba hal baru. Dengan begini, kita akan memiliki cara pandang atau perspektif yang lain, terutama pada hal-hal yang sebelumnya kita hindari.
  • Cobalah mengkritisi keyakinan dan pilihan kita sendiri.
  • Bersikap fleksibel terhadap berbagai pilihan dan toleran dengan beragam perbedaan, apa pun itu.

Itulah penjelasan mengenai fanatisme. Tentu sekarang kita sudah tahu seperti apa dampak hingga cara pencegahan dari sikap ini ‘kan?  

Bagaimana pendapat Yesus soal fanatisme ini? Kita tunggu di bulletin edisi minggu 14 mei 2023.

Tuhan memberkati.

Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031

Kategori