Renungan 18 Agustus 2019

by | Aug 17, 2019 | Chaplain | 0 comments

KESEPIAN

“Kelompok JP” (Jalan Pagi) yang kamu ikuti itu, Jalannya bentar. Makan dan ngobrolnya lebih lama daripada jalannya”, begitu canda temanku saat tahu saya suka bergabung dengan Kelompok Jalan Pagi (JP), Senin pagi. Dan saya menjawab yakin: “Kami sehat bukan karena jalan, tetapi karena ngobrol, tertawa dan berkawan”.

Para saudara, saya tidak sedang bercanda. Salah satu masalah yang sangat serius pada zaman modern ini adalah kesepian. Walaupun memiliki ribuan teman di facebook, tetapi banyak orang modern mengalami kesepian. Kesepian bisa menjadi asal mula dari stress, depresi dan mempengaruhi kesehatan kita.

Apa itu kesepian?

Kesepian adalah unpleasant emotional feeling seseorang yang kompleks terhadap situasi sosial dan emosisonal. Termasuk di dalamnya perasaan kebingungan (anxious) yang dikarenakan oleh perasaan kurangnya koneksi dan komunikasi dengan orang lain. Orang bisa merasa kesepian, juga saat berada di tengah-tengah orang banyak.  Penyebab dari kesepian beragam, termasuk sosial, mental, emosionaldan fisik. (Barber, 2018) p. 209.

Kesepian berbeda dengan keheningan. Keheninga berarti ada di situasi yang tidak ada suara dan komunikasi, tetapi mereka tidak merasa terputus dalam relasi dengan orang lain. Misalnya saat saya di rumah retret Douglas Park, di kompleks ratusan hektar itu saya merasa sangat hening. Tetapi saya tidak merasa kesepian.

Kalau ditakar dari berat ringannya, ada orang yang merasa kesepian hanya untuk beberapa waktu, tetapi ada juga yang merasa kesepian terus menerus. Perasaan kesepian sebenarnya sangat subyektif. Jika seseorang mengatakan bahwa dia kesepian, jangan diragukan.  “If person thinks and says that they are loneley, then they are lonely (Barber, 2018).”

Kenapa Kesepian?

Tentu ada banyak penyebab dari kesepian. Seseorang yang berpindah dan tinggal di tempat baru dan tidak memiliki banyak kawan bisa merasa sepi, apalagi kalau usianya sudah tua.

Bagi yang masih cukup muda dan sudah tinggal di suatu tempat dalam waktu lama, namun merasa kesepian, umumnya karena dia memiliki kecenderungan mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan diri sendiri membuat kita terisolasi dari pergaulan yang sehat.

Jika dirujuk pada psikologi klasik, pada usia dewasa seseorang seyoganya ada dalam tahap: kehilangan diri dan menemukan diri pada orang lain. Jika merujuk kepada Kitab Suci, akan kita temukan,  “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. (Amsal 11:25).Jika seseorang menerjunkan diri dalam pelayanan, pekerjaan, masuk dalam group dan bersikap positif, dia akan menemukan kawan dan sahabat yang membuat hidupnya bermakna. Dan jauh dari kesepian.

Beberapa Jalan

Waktu saya mendengarkan seminar tentang kesepian bagi migrant people, hal-hal di bawah ini dianjurkan untuk meretas kesepian:

Membuka diri pada pelayanan. Pelayanan membuat anda dikenali oleh umat yang lain. Perasaan dikenal dan diapresiasi oleh banyak orang sangat positif dalam kehidupan.

Masuk dalam Kelompok dan Group. Masuklah dalam kelompok sesuai minat anda, seperti Kelompok Olahraga, Kelompok-kelompok Doa atau kelompok-kelompok lainnya. Dalam kelompok itu anda bisa berbicara dan didengarkan. Yang penting dalam kelompok itu adalah bukannya banyak anggota, tetapi kualitasnya sehingga bia menungkapkan diri dan juga memiliki pengalaman didengarkan.

Saudaramu dalam Tuhan,

Pst. Petrus Suroto MSC 

Kategori