Menyampaikan Kritik

by | Jul 25, 2022 | Chaplain | 0 comments

Tulisan ini sebenarnya adalah sebuah alukusio (atau petunjuk Pembimbing Rohani) yang ditujukan untuk anggota Legio Maria Bunda Penolong Abadi, CIC Sydney. Alukusio ini didasarkan pada Buku Pegangan halaman 328-329.

“Saya tidak mau datang lagi ke pertemuan kelompok ini. Saya datang untuk memperdalam iman, eh malah jadi sakit hati”. Demikian ungkapan seorang ibu dengan mata yang marah. Dia merasa dipermalukan karena dikritik tentang kinerja pelayanannya. Walaupun kemudian hari dia diterangkan bahwa yang dikritik adalah cara kerjanya, bukan pribadinya, tetap saja dia tidak muncul  lagi.

Kita tidak sedang mempertanyakan pentingnya kritik. Kritik itu sangat penting untuk kemajuan sebuah kelompok kerasulan. Apalagi kalau anggota itu sudah salah jalur. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana caranya kita menyampaikan kritik untuk sebuah kelompok kerasulan seperti Legio Maria (Tentu kelompok keagamaan tidak bisa disamakan dengan organisasi bisnis atau pemerintahan).

Buku pegangan ini memberikan beberapa petunjuk. (1). Ada kritik yang justru mematahkan semangat. “Bahkan orang yang berkehendak baikpun takut akan kritik” (Legio Mariae, hal 328). Maka sebelum menyampaikan kritik, pertimbangkanlah apakah ini memberikan perbaikan ataukah  malah berdampak kemunduran pada kelompok kerasulan kita. Maka kita perlu menenangkan diri sebelum menyampaikan kritik. (2). Buku pegangan juga mengajak kita untuk menengarai bahwa ada pengkritik yang hanya memiliki gagasan untuk menaklukkan pendapat orang lain saja, dan sebenarnya pengritik itu tidak benar-benar care pada kelompok kerasulan. 

Maka buku pegangan legio mengajak untuk menyadari bahwa kritik terbaik adalah keteladanan. Dengan memberi teladan, maka keteladanan itu akan memberi inspirasi secara positif untuk anggota kerasulan. 

Kadang-kadang teladan yang baik malah mendatangkan kritik dari anggota lain. Kalau itu yang terjadi, pertimbangkanlah apakah dalam memberi teladan kita agak show off; atau mendasarkan pada integritas. Kalau keteladanan itu pada integritas dan tidak berlebih-lebihan, maka yang anda hadapi adalah orang-orang yang ingin menurunkan standar pelayanan, supaya pengkritik itu lebih nyaman dengan kemalasannya. Kritik model ini bisa diabaikan saja. 

Lebih dari 2000 tahun lalu, di sebuah kota kecil ada perayaan perkawinan. Ada seorang Ibu yang datang dan diundang bersama dengan putera tunggalnya. Ibu itu melihat ada yang tidak benar dalam pesta itu, yaitu mereka salah atur sehingga anggurnya kurang. Dia tenang, diam dan berpikir; tanpa khasak-khusuk. Dia melaporkan pada puteranya untuk menanganinya. Dan Putera-Nya bertindak. Dan pesta sangat sukses. Semua orang berbahagia.  Tuan rumah, pengantin dan pemimpin pesta tidak dipermalukan dan mendapatkan pujian karena menyimpan the best wine sampai terakhir.  Dan hanya sedikit orang yang tahu “kritik”nya itu, yaitu para pelayan-pelayan. Ibu itu bernama Maria. Gelarnya Ibu Yesus. 

Dia tidak memberi kritik. Dia memberi solusi. Mari kita meneladan Maria karena kita adalah pasukan yang disusun dan diatur dalam namanya: Maria. 

Persaudaraan dan sikap dermawan adalah obat mujarab untuk sebuah kemajuan dan kelestarian kelompok kerasulan.

Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC 

Kategori