KEMURAHAN ALLAH

by | Sep 19, 2020 | Chaplain | 0 comments

KEMURAHAN ALLAH

Irihatikah Engkau karena aku murah hati?

(Mat 20:15b)

 

Dewasa ini marak demo para buruh yang menuntut perbaikan upah. Demo para buruh sering melibatkan sampai   ribuan orang. Mereka menuntut upah yang lebih adil. Apa yang akan terjadi jika mereka diperhadapkan dengan bacaan Injil yang mengisahkan seorang tuan rumah yang mengundang para pekerja dengan jam yang berbeda tetapi diupah sama: 1 dinar satu hari? (Matius 20:1-16). Mereka bekerja mulai jam yang berbeda tetapi mendapatkan upah yang sama, yaitu satu dinar satu hari, satu jumlah yang lazim pada waktu itu, walau waktu kerja mereka berbeda-beda. Ada yang mulai pagi hari, tengah hari dan bahkan jam tiga sore. Kalau kisah di atas terjadi di dalam dunia sekarang ini pasti mendapatkan protes keras dari masyarakat.

Injil hari ini tidak dimakudkan untuk memecahkan masalah praktis. Perumpamaan ini bukan masalah ketanakerjaan, tetapi masalah relasi kita dengan Allah. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan kepedulian dan kemurahan hati Allah yang sungguh tidak mengenal batas. Dan “gila”menurut kacamata manusia. Allah aktif untuk mencari cara agar kita masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Orang yang digambarkan bekerja di ladang Tuhan bisa ditafsirkan mereka yang sudah menjadi anggota Gereja sejak masih kecil, dibabtis sejak bayi. Mungkin karena berasal dari keluarga katolik, atau karena berasal dari Sekolah Katolik dia sudah biasa untuk menghidupi nilai-nilai kekatolikan. Mereka yang dipanggil pada saat tengah hari adalah mereka yang mulai menghayati iman kekatolikan pada masa muda. Dan mereka yang mulai bekerja pada waktu sore adalah mereka yang menjadi katolik pada waktu senja hidupnya.

Masalah praksis dalam kehidupan umat yang pernah saya jumpai adalah sebagai berikut. Di dalam satu sarasehan, ketika kita mendalami perikop ini, ada umat yang berkata demikian: “Enak sekali yang mulai bekerja paling kahir. Mereka hanya bekerja sebentar dan mendapatkan hasil yang sama. Lebih baik kita hidup kacau di masa muda dan kemudian bertobat”.

Apa yang salah dari cara berpikir di atas? Irihati yang muncul dari hati kita karena melihat orang lain yang lebih mudah jalannya. Lantas, irihati itu membuat kita berpikir bahwa melaksanakan tugas dari Tuhan itu mendatangkan ketidak-bahagiaan. Dan iri hati juga membuahkan pemikiran bahwa menjauhkan diri dari perintah Tuhan adalah suatu kebahagiaan dan kebebasan. Sebaliknya yang justru terjadi. Ketika kita melaksanakan pekerjaan sebagai konsekwensi menjawab panggilan Tuhan, Tuhan tidak akan berhenti untuk memberikan rahmat-demi rahmat yang kita perlukan. Justru hidup di dalam kedosaan membawa kita kepada penderitaan. Hati-hatilah dengan perasaan iri hati yang membuat mata kita tertutup untuk melihat kebaikan Tuhan dan membuat kita tidak bahagia. 

Masalah praksis kedua yang saya temui adalah, orang yang merasa diri menjadi katolik lebih awal merasa diri layak dihormati oleh yang lebih kemudian bergabung, dan melihat mereka yang baru dipermandikan sebagai orang yang belum mengerti banyak. Para saudara, justru ketika seseorang masuk di dalam Gereja Katolik lewat pembabtisan, kita menjadi satu keluarga besar. Kita akan mempererat persatuan dan bantu-membantu di dalam pewartaan kabar gembira. Semangat dan kemurahan hati Allah dalam mencari sebanyak jiwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, hendaklah juga menjadi semangat kita.

***

            Kita juga bisa melihat dari sisi yang berbeda.

Satu hari, seorang ibu duduk di mobil Toyota Alphard yang melintas amat pelan karena kemacetan.  Matanya yang bosan melihat ke sekeliling. Dia melihat orang-orang di tepi jalan yang bekerja keras mencari rejeki: mendorong gerobak, membawa beban, menunggu warung yang sepi. Dia juga melihat satpam cantik di dekat ATM. Satpam itu lebih cantik, lebih tinggi dari dia. Tapi kenapa dia kini, duduk nyaman di mobil. Penghasilannya banyak, dia bisa membeli apa saja. Padahal, waktu di Sekolah dia bukanlah murid yang pandai.

Bahkan dia pernah menjalani hidup dalam pergaulan bebas. Pernah hamil di luar nikah dan kemudian keguguran. Pernah jauh dari Tuhan dan Gereja. Tetapi kenapa nasibnya baik? Tuhan menyentuhnya dan kini aktif di Gereja. Kini dia bahkan kenal baik dengan Bapa Uskup, yang kadang meminta bantuannya untuk urusan-urusan Gereja. Ketika dia melihat ibu-ibu yang bersimpuh menjual makanan jajanan, air matanya tidak bisa dibendung lagi. Apa lebihnya saya dengan orang-orang lain. Saya bodoh dan nakal. Saya akui itu. Kenapa Tuhan begitu baik?

Kalau Allah sedemikian murah hati terhadap kita, maka nasihat dari nabi Yesaya layak untuk kita dengarkan. “Carilah Tuhan selama Ia berkenan di temui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat” (Yes 55:6). Manusia sering mengukur bahwa dia bisa hidup sendirian. Kesuksesan dipandang sebagai upaya pribadi. Yang benar adalah apapun kesuksesan kita pastilah kena-mengena dengan orang lain. Kita tidak bisa sukses sendirian. Dan lebih dalam dari itu, kita tidak akan ada jika tidak ada Tuhan yang menciptakan kita. Maka jangan pernah melupakan Tuhan. Kita perlu mencari kekuatan dari Tuhan. meminta Tuhan untuk menyertai diri kita.

 

Namun dari sisi manapun, pesan Injil tetap sama: mari kita lihat kemurahan Tuhan dalam diri kita. Jauhi sikap iri hati. Jika melihat segala keberuntungan dan kebaikan yang Tuhan berikan, jauhi sikap sombong. Dan dalam segala hal bersikap seperti Allah bersikap: murah hati.

 

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori