Curhat Rohani

by | Jan 22, 2022 | Chaplain | 0 comments

Merayakan Misa Di Gereja Katedral

Saya tidak pernah membayangkan akan merayakan misa di Gereja Katedral. Walaupun sudah seringkali berkonselebrasi dalam misa di Gereja Katedral: Purwokerto, Jakarta, Manado, Merauke, Ambon, Banjarmasin, dan Bandung, tetapi sendiri yang merayakan: baru satu kali dan mungkin ini yang pertama dan terakhir. Di St. Mary’s Cathedral di Kota Sydney, 26 Desember 2021. Ini terjadi karena misa Natal CIC  -karena alasan Covid-19 tidak mengundang Uskup seperti yang biasanya.

Nervous: itulah yang saya rasakan sejak pagi hari. Dan saya tiba kira-kira 40 menit  sebelum misa dimulai. Setelah bicara dengan koor tentang lagu-lagu yang dinyanyikan dan komunikasi dengan Master Ceremonarius, saya menuju ke Sakristi. Waktu saya berjalan di koridor, saya semakin nervous. Bukan karena akan berhadapan dengan banyak orang, tetapi menayadari besarnya misteri yang akan dirayakan.

Di Gereja Katedral ada tiga ruangan sakristi. Satu untuk para Uskup. Kedua untuk para pastor dan yang ketiga untuk para pelayan altar. Sakristi di Katedral sangatlah besar. Sakristi  adalah ruangan yang dipakai untuk mempersiapkan Ekaristi. Vestimentum atau pakaian yang diapakai untuk Ekaristi disimpan di sana.

Seorang acolyte sudah menunggu saya dengan pakaian lengkap. Setelah menyelesaikan prosedur administrasi: menunjukkan Ministry card (celebrate card) dan menulis registrasi; sang acolyte tersenyum, menutup pintu dan membiarkan saya sendirian dalam ruangan Sakristi. Sakristi yang luas ini sangat tenang di dalamnya.

Saya mulai prosesi memulai misa. Mulai dengan membasuh tangan sambil berdoa memohon ampun atas semua dosa dan berlutut di satu-satunya tempat berlutut di tengah ruangan yang sebenarnya adalah sebuah Minor Capela. Di sana sudah disediakan doa. Saya memilih doa gubahan Sant Thomas Aquinas, sebelum memimpin perayaan ekaristi. Doa itu mengantar akan suci dan mulianya Ekaristi, dan saya akan menjadi alter Kristus. Menyadari bahwa telapak tanganku sudah diurapi dengan minyak suci sat tahbisan, yang membuat saya bisa bertindak atas nama Kristus merayakan kurban suci. Dan tentu, memohon dilepaskan dari dosa dan ketidaklayakan.

Kemudian saya maju menuju tempat memakai kasula, dengan doa-doa yang sudah disiapkan. Dengan penuh kesadaran memakai vestmen dan lain-lainnya. Doa yang sudah disediakan mengajak bahwa saya mengambil bagian secara sebagian akan martabat Kristus sebagai imam yang merayakan, nabi yang mewartakan dan raja yang memimpin. Kemudian barulah dengan mantap keluar untuk memimpin Ekaristi di tempat yang sangat suci ini.

Saya sangat berterimakasih dengan pengalaman ini. Bisa berada di dalam tempat yang sangat suci. Dihantar menyadari agungnya misteri yang hendak dirayakan. Mereguk keheningan, kesucian dan keagungan. Menyadari panggilanku yang utama: untuk merayakan kurban Ekaristi untuk menyucikan umat beriman.

Celebrate mass, as if it were your first mass.

Celebrate mass, as if it were your last mass.

Celebrate mass, as if it were the only mass.

Saudaramu dalam Tuhan,

Rm. Petrus Suroto MSC

Kategori