Renungan Akhir Tahun

by | Dec 26, 2020 | Chaplain | 0 comments

Sekarang kita sementara ada di penghujung tahun 2020.

Ada berbagai macam perasaan dalam diri kita. Ada yang merasa bahagia dan penuh syukur atas tahun yang telah berlalu. Ada yang bertanya-tanya dan menyesali apa yang telah dialami.  Ada yang mempersalahkan diri anda, atau orang lain atas pengalaman yang kita jalani di tahun yang akan berlalu. Ada yang merasakan betapa waktu berjalan dengan cepat. Amat cepat, hingga kita merasa tak cukup untuk meraih segala apa yang kita inginkan.

Tapi ada saatnya kita juga merasakan betapa waktu merayap dengan lambat. Teramat lambat.  Sehingga kita merasa bosan dan tidak ada pencapaian yang layak dibanggakan. Ada juga yang tidak begitu suka melihat kembali tahun yang lalu dan hanya ingin menggantinya dengan hiruk-pikuk tahun baru dengan  kembang api, beer dan wine. Ada yang merasa banyak urusan yang belum selesai dan seperti menjadi beban.

Hidup bagaimanakah yang kita jalani saat ini?

Tahun 2020 penuh dengan tantangan. Bulan Maret 2020, tiba-tiba COVID-19, yang dulunya lebih dikenal dengan Corona virus tiba-tiba menyebar mendunia. Gereja kita ditutup. Kita mengadakan misa online. Program tahunan lumpuh.

Namun kita tidak begitu saja menyerah. Sabda Tuhan harus tetap diwartakan. Ibadat harus tetap dijalankan. Mulai dari dua orang umat, kita memulai misa online. Semula memakai Facebook dan kemudian memakai Youtube channel. Kelompok kecil ini dengan sangat murah hati melayani kita: waktu, tenaga, biaya. Muncul ide-ide briliant untuk membuat renungan online. Tiba-tiba muncul CIC TV yang menyapa umat dengan renungan-renungan pendek, terutama menjelang Paskah,  program Sama-sama Kenali Sabda Tuhan, seminar dan renungan online dengan mengundang imam dan tokoh-tokoh ternama seperti Rm. Erwin, Rm. Eko, Mgr. Anton dari Bandung, Rm. Andang, Rm. Handoko, Suami Istri Steve dan Ingrid, Rm. Robby Wowor dan bahkan Dr. Scott Hann.  Kita menolak untuk menyerah. Subscriber youtube CIC sudah mencapai 1.000 orang lebih. Kita juga mengupdate lagi website CIC dan akan kita jadikan sebagai ujung tombak pelayanan dalam zaman digital.

Website juga kita kembangkan. Idenya adalah menjaring orang Katholik untuk dekat dengan Tuhan. Manusia modern bertanya selalu kepada Google. Dua menit klik di website CIC dan mereka mendapatkan informasi yang mereka cari. Maka website kita jadikan sarana penting untuk evangelisasi. Dan untuk memperlancar dan koordinasi, ada tim Media Sosial yang menjadi tangan kanan Chaplain dalam berpastoral lewat media sosial.

Namun tiba-tiba ada desakan untuk memperbaharui pengelolaan keuangan. Desakan-desakan yang terkadang melelahkan dan membingungkan. Namun, CIC sebagai Gereja, himpunan umat Tuhan, tetap akan mengelola keuangan sebagai murid-murid Yesus. Dalam semangat kemurahan hati dan semangat ketaatan kepada Gereja.

***

Kita, yang masih memiliki waktu, seringkali tak menyadari betapa waktu itu demikian terbatas. Dan betapa akhir bisa tiba tanpa kita sadari. Berapa panjangkah perjalanan hidup yang telah kita jalani hingga sekarang? Berapa lamakah perjalanan waktu yang telah kita susuri? Dan dimanakah ujung perjalanan ini akan usai?

“Tuhan, tidak ada yang tersembunyi di hadapanMu. Aku persembahkan dengan bangga segala kerja keras dan jerih payah. Aku juga mempersembahkan hatiku yang gamang dan kecewa saat menyadari banyak kegagalan di tahun ini.

Namun hidup belum berhenti. Kuatkan aku Tuhan. Sertailah aku. Bantulah aku bersentuhan dengan luka dan kekecewaanku. Namun yang paling penting, berilah aku harapan akan masa depan yang cerah. Karena Engkau selalu berada di sampingku.Sertakan aku di dalam karya keselamatan-Mu.  

Dominus mihi adsitit et covortavit me. (2 Tim 4:17)

 

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori