Renungan 28 Juni 2020

by | Jun 27, 2020 | Chaplain | 0 comments

JALAN KEPADA KERENDAHAN HATI

Waktu saya kuliah di Filipina, ada seorang dosen, pastor Yesuit yang sangat menarik Dia dosen systematic theology yang sangat cerdas, namun sangat ramah. Berangkat mengajar dia naik sepeda dan ransel di punggung. Dia menyapa para mahasiswa seperti kepada teman. Wajahnya riang dan bersahabat. Dan dia memiliki karya yang sangat besar. Mengajar, menulis buku, menggubah lagu-lagu yang sangat terkenal di Filipina, konser musik dan juga ikut dalam gerakan sosial. Dengan satu kata, dia adalah pribadi yang rendah hati.

Bagaimanakah kita bisa berkembang dalam kerendahan hati? Selama masa pandemi corona, saya banyak mendengarkan renungan-renungan dari orang yang baik dan bijaksana. Dan ketika bicara tentang rendah hati, maka ada tiga kata yang selalu muncul: bersyukur, sederhana dan berbagi.

  1. Bersyukur

Kerendahan hati bermula dari sikap bersyukur. Rasa syukur mencuat dari pengalaman kehidupan kita. Dan pastilah di dalam kehidupanmu ada banyak hal yang perlu kita syukuri. Masalahnya adalah apakah anda melihatnya atau tidak. Maka kita perlu untuk bisa melihat setiap hal baik yang diberikan Tuhan kepadamu. Misalnya kita bersyukur karena mendapatkan rezeki yang cukup, memiliki orangtua atau anak-anak yang baik. Berjumpa dengan orang yang begitu baik dan menyenangkan. Atas cuaca yang nyaman dan tinggal di tempat yang indah. Rahmat kehidupan, kesehatan dan keselamatan. Kadang-kadang kita melihat berkat dari Tuhan berikan saat kita menjumpai pengalaman kontras. Misalnya anggota legio yang mengunjungi orang sakit, dia sadar bahwa Tuhan telah memberi kesehatan.

Rasa syukur setelah ditemukan, perlu kita ungkapkan. Dan ungkapan yang paling baik adalah doa syukur. Dan sadarkah anda bahwa dengan bersyukur, maka hati kita akan feeling good. Kita merasa nyaman dengan  diri kita. Ada orang yang berbicara dengan sangat bijaksana, berkat dan kebaikan Tuhan itu sudah ada. Syukur dan ungkapannya adalah yang paling penting.

  1. Sederhana

Hati yang penuh syukur akan membawa kita kepada sifat sederhana. Ini hal yang masuk akal sekali. Kalau hatimu sudah dipenuhi rasa syukur dan feeling good, anda tidak akan terpancing untuk membanding-bandingkan dengan orang lain. Anda tidak juga membutuhkan puji-pujian dari orang lain. Maka dia juga tidak membutuhkan rumor. Dia akan melakukan hal-hal dengan sepenuh hati.

Hati yang sederhana tidak memerlukan banyak hal untuk dirinya sendiri. Dia tidak memerlukan banyak barang untuk membuat diri nyaman, karena pada dasarnya dia sudah nyaman dengan dirinya sendiri.

Orang berhati sederhana umumnya juga bisa membeda-bedakan dengan mudah, karena hatinya jernih dan bening.

  1. Berbagi

Jika kita memiliki hati yang sederhana, maka kita akan melangkah ke bagian berikutnya: berbagi. Orang yang sederhana hatinya tidak memiliki kebutuhan untuk dirinya sendiri. Dia menjadi orang tidak memiliki banyak kebutuhan. Maka yang dia lakukan mengarah kepada orang lain. Dia memiliki kepekaan kepada kebutuhan sesama.

            Siapakah pribadi yang sederhana? Saya langsung melihat, bahwa Bunda Marialah contoh orang yang rendah hati secara sempurna. Hidupnya dimulai dengan pujian syukur magnificat. Hatinya sederhana hingga bisa memiliki kepekaan yang luar biasa: pada Elizabeth yang hamil di usia tua, memberi jalan keluar kepada keluarga yang kekurangan anggur saat pesta nikah. Dan dia berbagi rahmat Tuhan, juga kepada kita.

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori