Renungan 22 Desember 2019

by | Dec 23, 2019 | Chaplain | 0 comments

GUA NATAL

Natal hampir tiba. Di pusat perbelanjaan, Santa Clause dengan kereta ditarik rusa, dengan banyak hadiah menjadi hiasan yang mengundang kita untuk berbelanja. Namun simbol dari Natal bukan hanya Santa Claus. Yang paling cocok adalah: Gua Natal. Paus Fransiskus mengingatkan kembali pentingnya gua natal sehingga beliau menulis Surat Apostolik: Admirabile Signum (Tanda yang mengagumbkan).

Adapun Mulainya

Italia, sekitar bulan Desember  tahun 1223. Fransiskus berhenti di sebuah gua di kota kecil Greccio. Lembah Reatina. Dia bersama para saudaranya (saudara se-ordo) dalam perjalanan pulang dari Roma, bertemu Paus Honorius III yang mengesahkan regulanya. Di tempat itu, dia meminta orang setempat bernama Yohanes, untuk mengenangkan bagaimana Yesus lahir di kandang ternak, di gua.

Fransikus disertai banyak frater dan umat datang berbondong-bondong pada tanggal 25 Desember. Fransiskus menemukan palungan yang dipenuhi jerami, seekor lembu dan seekor keledai. Semua orang yang hadir merasakan kegembiraan dan kemudian imam merayakan Ekaristi dengan meriah di atas palungan itu. Di sanalah tradisi kandang natal dimulai.

Simbol-simbol dan Maknanya

Bayi Yesus berbaring di atas palungan

Palungan, dalam bahasa latin praesepium, adalah tempat untuk memberi makanan. Yesus yang berbaring di atas praesepium adalah simbol yang sangat tegas. Yaitu bahwa Yesus yang dibaringkan di palungan, menjadi  makanan rohani bagi kita semua. Dialah “Roti yang telah turun dari Surga” (Yoh 6:41), untuk menyegarkan kehidupan rohani kita.

Yesus yang terbaring di atas palungan menggambarkan kerendahan hati Allah. Dia yang adalah Allah rela untuk berbaring di atas palungan. Palungan itu isinya jerami dan makanan ternak. Bisa dibayangkan ketidaknyamanannya. Namun Yesus menghadapi dengan tenang. Ini merupakan undangan bagi kita untuk juga mampu membangun sikap tenang dan damai di tengah-tengah ketidaknyamanan kita.

Gua dan kegelapan Malam

Kegelapan malam menyimbolkan kehidupan manusia yang sering mengalami kegelapan dan penderitaan. Manusia seringkali menemukan di dalam kehidupan-Nya. Namun di dalam kegelapan kehidupan, Tuhan tidak meninggalkan kita. Dia hadir menyapa kita. Gua, atau kadang-kadang digambarkan sebagai reruntuhan bagunan, menyimbokan kehidupan manusia yang harus di restorasi.  Yesus datang untuk membangun kembali kemanusiaan manusia. Restorare omnia in Christo, membangun kembali baru di dalam Kristus.

Gembala

Di kandang Natal juga kita pasang para gembala. Pada waktu itu gembala ada orang miskin yang tidak memiliki kekayaan. Gambaran gembala menggambarkan bahwa orang miskin juga berhak untuk mendekati Tuhan. Tidak ada yang bisa mengusir dan menjauhkan manusia dari Tuhan.

Maka para saudaraku, dalam suasana Natal ini, mari kita mengarahkan natal bukan hanya pada santa claus di pusat-pusat perbelanjaan. Tetapi mari kita hidupi kembali tradisi lama: keluarga-keluarga datang ke depan gua Natal dan berdoa, merasakan makna sejati natal seperti diajarkan St. Fransiskus.

Saudaramu dalam Tuhan,

Pst. Petrus Suroto MSC

 

Kategori