Renungan 19 Juli 2020

by | Jul 18, 2020 | Chaplain | 0 comments

Gandum dan Ilalang

Suatu hari, ketika saya masih bertugas di Manado. Saya menyemaikan bibit cabai. Ketika benih itu tumbuh, ternyata rumput-rumput yang lain yang tidak diundang turut bertumbuh. Bahkan awalnya saya sulit membedakan mana tunas cabai dan mana tunas rumput. Kalau dicabut, akarnya masih terlalu lunak sehingga malah tercabut semuanya.

Para saudara, pengalaman kecil dan sederhana di atas membantu saya mengerti Sabda Yesus, yang menceritakan perumpamaan tentang benih gandum dan ilalang (Mat 13: 24-30). Dan Yesus bersabda, “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama” (13:30). Dalam kehidupan kita sering muncul keinginan untuk berbuat kebaikan. Namun motivasi berbuat baik itu sering tercampuri dengan motivasi-motivasi yang tidak murni. Dua motivasi itu tumbuh bersama dalam hati kita. Yang diperlukan dari pihak kita adalah kemampuan berdiskresio: artinya membeda-bedakan, memilah-milah dan memilih yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Para saudara, sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita tentang apa yang dimaksud dengan hidup rohani. Kita sering mengerti hidup rohani sebagai situasi statusquo. Kita sering menggambarkan dalam hati kita bahwa orang yang rohaninya dalam adalah orang yang tidak punya masalah dan hidupnya damai. Sabda Tuhan hari ini menegaskan: justru yang serius dalam hidup rohani harus banyak berjuang untuk melihat secara teliti motif-motif hidupnya dan mengarahkannya sesuai dengan maksud Tuhan. Hidup rohani lebih sering merupakan pengalaman ditantang daripada dihibur, berjuang daripada sekedar diam, memberi dari sekedar menerima.

Dan buah dari hidup rohani adalah: hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Kita membaktikan hidup bagi sesama terutama yang paling membutuhkan.

Diskresio itu ditempuh, mulai dengan nang, ning, nung. Nang artinya tenang, stillness. Ning artinya hening: silent. Nung artinya dumunung: fokus dan memusatkan pikiran, dan dengan apa yang sedang kita lakukan. Kemudian “olah rasa” dan “olah budi”. Olah rasa: kita menyadari perasaan-perasaan hati kita di hadapan Tuhan. Olah budi: kita membuka pikiran-pikiran kita di hadapan Tuhan.  Semua dibuka dihadapan Tuhan, dan membiarkan Tuhan mengarahkan kita. Diakhiri dengan doa singkat.  

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori