Penerimaan

by | Aug 14, 2021 | Chaplain | 0 comments

Penderitaan membawa penerimaan, penerimaan membawa harapan” (Doa Brevir)
Tulisan minggu lalu mengulas tentang penderitaan: bahwa hidup itu tidak mudah karena sadar atau tidak sadar, ingat atau tidak ingat kita memiliki penderitaan di dalam diri kita. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi derita?

Penerimaan, itulah jawabnya.

Apa itu penerimaan?
Seorang rahib tua tinggal seorang diri di pinggir kampung yang sunyi. Orang-orang dusun banyak berdatangan mengunjunginya untuk meminta nasihat karena sang rahib dikenal sebagai sosok yang sangat baik dan terkenal bijaksana. Di kampung itu juga ada seorang gadis, yang suatu hari diketahui mengandung. “Siapa yang membuatmu mengandung”, hardik ayahnya. “Rahib di pinggir kampung”, katanya. Ayah gadis itu sangat marah. Ketika bayinya lahir, ayah gadis itu membawa bayinya ke rahib tua itu disertai oleh banyak orang kampung. Ia menyerahkan bayi itu sambil berteriak, “ini terimalah buah kemunafikanmu”. Dan rahib tua itu menjawab tenang, “baiklah”. Rahib itu hancur namanya. Tidak ada lagi orang datang meminta nasihat.

Tiga tahun kemudian, gadis yang adalah ibu dari bayi tadi menangis lagi, dan mengatakan bahwa bukan rahib tua, tetapi pemuda sebelah rumah yang sebenarnya adalah bapak dari anaknya. Dia menyesal telah memfitnah rahib tua di pinggir kampung. Ayah itu sangat malu dan segera ke rumah rahib tua tadi, dan sujud meminta maaf. Rahib itu menerimanya dan sambil mengatakan, “Baiklah”, sambil tersenyum. Dia kembali dihormati, dan sekarang lebih banyak orang lagi yang datang berguru kepadanya, minta dilatih kesabaran, kerendahan hati dan pengampunan. Itulah penerimaan, dan penerimaan itu akan menghasilkan kemerdekaan hati.

Penerimaan membutuhkan Pengampunan
Kita bisa menerima, kalau kita terlebih dahulu bisa mengampuni. Namun mengampuni bukanlah hal yang mudah. Karena naluri kita ketika disakiti adalah membalas. Lebih besar pembalasan, lebih puas. Minimal kita memakai standard mata ganti mata, gigi ganti gigi. “Pengampunan adalah kualitas dari jiwa perkasa” (Mahatma Gandhi).
Penerimaan itu membuat kita memiliki kesabaran. Semua membututuhkan waktu. Problem solving sering memerlukan waktu.

Latihan Pernafasan
Ada pepatah mengatakan, pernafasan adalah saudaramu yang paling baik. Kembalilah kepadanya dan kamu akan merasakan damai. Bagaimana tehniknya? Sadarilah pernafasan sesering mungkin. Kalau perlu dengan menyediakan waktu 20-30 menit hanya untuk menyadari pernafasan. Menghirup dan mengembuskan dengan disadari. Dengan menghembuskan nafas lebih panjang dan lebih dalam.

Pernafasan akan membuat kita merasakan penderitaan dan rasa sakit dalam hati, tetapi kita akan bisa menguasai perasaan negatif itu dan tidak dikuasainya. Terhadap kesulitan dan penderitaan itu, kita bersikap seperti matahari yang melihat awan dan mendung datang dan pergi. Dia menatapnya dengan damai. Demikian juga kita bisa melihat kesulitan dan penderitaan dengan hati damai. Dan tahu juga bahwa hidup tidaklah semenakutkan yang dibayangkan. Penderitaan itu masih ada, tetapi menjadi rapi teratur.

Saudaramu dalam Tuhan,
Pst. Petrus Suroto MSC

Kategori