Penderitaan

by | Aug 6, 2021 | Chaplain | 0 comments

“Penderitaan membawa penerimaan, penerimaan membawa harapan” (Doa Brevir)

Hidup adalah Salib
Kita tidak suka membicarakan penderitaan. Kita lebih suka membicarakan kebahagiaan, kesuksesan dan sukacita. Padahal penderitaan bagian penting dari iman. Hidup adalah samsara, dalam ajaran Buddha. Hidup adalah memanggul salib, ajaran Yesus Kristus.

Kita sering menyangkal penderitaan itu, dan ingin menyingkir darinya sejauh mungkin. Mari kita lihat perilaku orang-orang di sekitar kita. Ada yang suka main game, dan setelah selesai, main lagi dan lagi. Karena baginya, tidak berbuat apa-apa itu membuat canggung dan merasakan derita dirinya. Hal sama terjadi dengan orang yang makan atau minum, yang dia tahu makanan atau minuman itu tidak memiliki faedah atau bahkan merugikannya. Tapi dia tidak bisa berhenti. Karena ada sesuatu penderitaan atau ingatan dalam dirinya yang tidak nyaman untuk dirasakan.

Penderitaan itu sudah kita alami, dan masih akan kita alami lagi. Ada yang sudah memiliki penderitaan sejak di kandungan, manakala kehadirannya tidak dikehendaki oleh orangtuanya. Perasaaan ditolak itu membuat kita menderita. Kita juga mewarisi energi negatif yang diturunkan dari lingkungan kita misalnya ada kelompok masyrakat tertentu yang diajari untuk tidak menyukai kelompok yang lain. Kita juga memiliki ingatan saat SD di mana PR belum selesai, padahal sudah mengantuk. Dan dikeesokan harinya, ketika ia berangkat ke sekolah, ia sangat ketakutan.

Kita juga memiliki pengalaman dipermalukan, difitnah, direndahkan. Syukurlah kalau kita tidak mengalami hal-hal buruk, tetapi umumnya sedikit atau banyak kita pernah mengalaminya.

Namun sebagian besar dari kita tidak menyadari penderitaan itu. Karena otak kita cenderung untuk menghadangnya dengan menyuarakan ke diri kita kata-kata indah dan manis. Penderitaan yang tidak kita sadari, sering membuat kita mudah menyakiti orang lain. Kata-kata kita tajam merobek hati orang lain. Kita perlu berdamai dengan penderitaan kita.

Menerima dengan Damai
Penderitaan itu sering digambarkan seperti aku yang masih kecil, yang menangis. Dia perlu diterima, dipeluk supaya berhenti menangis, dan menggantinya dengan senyum dan kegembiraan. Namun bagaimana caranya?

Pernafasan
Ada pepatah mengatakan, pernafasan adalah saudaramu yang paling baik. Kembalilah kepadanya dan kamu akan merasakan damai. Bagaimana tehniknya? Sadarilah pernafasan sesering mungkin. Kalau perlu dengan menyediakan waktu 20-30 menit hanya untuk menyadari pernafasan. Latihan pernafasan ini bisa dipraktekkan sewaktu menyetir mobil, menunggu, memasak, dan lain-lain. Yang kita lakukan hanya menyadari pernafasan. Menghirup dan menghembuskan dengan disadari. Dengan menghembuskan nafas lebih panjang dan lebih dalam.

Resultnya apa?
Latihan ini hasilnya adalah bahwa anda akan berhenti berfikir. Dan sebagai gantinya, anda lebih bisa menyadari ‘saat ini dan di sini’. Kita betul-betul present. Saat minum kopi disadari hangat dan harumnya kopi. Saat melihat laut, disadari.

Ketika kita memusatkan pada pernafasan, yang terjadi adalah perasaan-perasaan kita akan menampilkan diri. Juga penderitaan kita akan muncul.  Ini menjadi kesempatan baik bagi kita untuk mengolah perasaan kita. Dengan penerimaan. (Bersambung).

Saudaramu dalam Tuhan,
Rm. Petrus Suroto MSC

Kategori