Pekan Doa Sedunia: Upaya Persatuan Umat Kristen Bagian I

by | Jan 24, 2021 | Chaplain | 0 comments

18-25 Januari 2021 adalah Pekan Doa sedunia bagi persatuan Umat Kristen.

Ketika Yesus menginstitusikan Gereja, “Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18) maka pada mulanya hanya ada satu Gereja Kristus. Konsili Nicea dan Konstantinopel merumuskan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolic. Namun dalam sejarahnya, terjadi perpecahan di antara murid-murid Yesus.  Perpecahan diantara para Murid Yesus menjadi batu sandungan sampai sekarang ini. Batu sandungan untuk para murid sendiri tetapi juga untuk orang non-kristen. Banyak orang tidak habis pikir, bagaimana mungkin orang yang mengakui Yesus yang sama pernah saling menyerang dan membunuh. Ingat bahwa pernah terjadi perang antara Protestan dan Katolik. Padahal kita adalah Keluarga yang memusatkan diri pada Yesus, sang Juru Selamat.

Bagi umat katolik, mengupayakan persatuan adalah kewajiban. Karena Tuhan Yesus, guru dan Tuhan menginginkan semua murid bersatu (Yoh 17:11.20-23). Persatuan para murid Kristus adalah kesaksian bagi dunia “supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:21.23). Kerinduan untuk memulihkan kesatuan semua orang Kristen adalah satu anugerah Kristus dan satu panggilan Roh Kudus (KGK 820).

Keluarga Kristiani

Siapa sih yang disebut sebagai keluarga kristiani? Kriteria menjadi anggota keluarga kristiani adalah mereka yang mengimani bahwa seorang manusia yahudi bernama Yesus yang pernah hidup dan dihukum mati. Ia adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, bahwa Dialah Kristus yang menebus dosa manusia dan menawarkan keselamatan lewat karya penebusan. Keluarga Kristiani juga memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang walaupun berbeda-beda terjemahannya namun kurang lebih sama.

Sejarah Perpecahan

Dalam rentang sejarah, telah terjadi perpecahan di Gereja Kristen Katolik. Setelah terjadi Konsili Efesus pada tahun 431 M dan Kalsedon tahun 451 ada Gereja yang memisahkan diri karena perbedaan teologis. Namun yang kemudian membelah Katolik di barat (Roma) dan Ortodox di timur (sekarang Turki) adalah Skisma tahun 1054.

Perpisahan antara Kristen Katolik dan Kristen Ortodox sebenarnya terjadi secara perlahan-lahan. Tahun 395, kekaisaran Romawi dibagi dua: Roma dan Konstantinopel (sekarang Turki). Karena jarak yang jauh tadi, akhirnya perbedaan makin melebar. Mereka tidak saling memperhatikan, ditambah dengan bahasa yang berbeda. Roma memakai bahasa latin dan Konstantinopel (sekarang Turki) memakai bahasa Yunani. Dan pecah total antara Ortodox dan Katolik terjadi pada 1054, dimana terjadi konfrontasi antara utusan Paus Leo IX dan Batrik Michael Kerullaris.

Pada tahun 1517, seorang biarawan Agustinian, Martin Luther memasang 89 tesis yang mengecam penjualan Indulgensi di pintu Gereja Jerman di Wittenburg. Inilah awal dari berdirinya Gereja Kristen Protestan. Luther menyingkirkan semua yang berbau katolik seperti tahbisan imam yang bisa merayakan Ekaristi, beberapa sakramen kecuali pembaptisan dan perjamuan serta tradisi Gereja lainnya. Bagi Luther, semboyan untuk mereformasi Gereja adalah sola fide (hanya iman), sola scriptura (hanya Kitab Suci), dan sola gratia (sola gratia). Karena menolak semua yang berbau katolik, maka struktur hirarki juga tidak begitu diindahkan. Dari sudut pandang Gereja Kristen Katolik dan Ortodox, menghilangkan tahbisan berarti memutus rantai apostolic. Karena ada tradisi dimana Yesus mengangkat para rasul sebagai penerus dengan penumpangan tangan, dan para rasul mengangkat para pembantu dan penerusnya: begitu seterusnya sampai sekarang ini.

Sekarang ini jumlah terbesar dari keluarga kristiani adalah Kristen Katolik, Kristen Ortodox dan Kristen Protestan. Gereja Katolik tetap sebagai Gereja yang paling banyak anggotanya.

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori