Panggilan Kepada Kekudusan

by | Nov 4, 2020 | Chaplain | 0 comments

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
Mat 5:1-12a

 

Kalau berziarah ke gereja Katolik yang sudah tua, maka biasanya anda akan menjumpai tiga hal. Pertama adalah reliqui orang kudus yang dimasukkan ke dalam altar Gereja, dan hanya kelihatan batu marmernya. Reliqui adalah potongan kecil dari tubuh orang kudus. Yang kedua adalah ruangan luas tempat umat berkumpul untuk beribadat. Dan ketiga di belakang Gereja biasanya ada makam atau kerkof, atau bisa juga di bawah Gereja atau Crypt.

 

Apakah yang menjadi maksud dari penempatan tiga hal itu? Penempatan itu menunjukkan kesatuan anggota Gereja. Anggota Gereja ada tiga golongan. Yang pertama adalah anggota Gereja yang masih hidup di dunia ini yang dilambangkan dengan tempat berkumpul. Yang kedua adalah mereka yang sudah berpulang, namun masih ada di tempat penantian dan belum masuk ke dalam Surga, yang dilambangkan dengan makam. Dan yang ketiga adalah anggota Gereja yang sudah mulia yang dilambangkan dengan reliqui orang suci. Merekalah anggota Gereja yang sudah di Surga dan menjadi pendoa bagi kita. Reliqui ditempatkan di altar dengan maksud menyadarkan tujuan akhir dari kehidupan kita. Tujuan akhir kita adalah hidup dalam persekutuan erat dengan Allah dalam Kerajaan Surga. Orientasi hidup kita tidaklah berakhir di dunia ini, tetapi berlanjut sampai Kerajaan Surga.

 

Mereka yang sudah mulia di Surga, mereka yang masih ada di tempat penantian dan kita yang masih ada di dunia ini tidak terlepas satu sama lain tetapi membentuk satu ikatan Gereja: Gereja yang mulia, Gereja yang menderita dan Gereja yang berziarah.

 

Dalam bacaan Injil diterangkan kepada kita, jalan menuju Kerajaan Surga. “Sabda Bahagia” (Mat 5:1-12) adalah cara hidup di dunia yang berorientasi Surgawi. Cara hidup itu meliputi cara hidup dalam semangat kemiskinan, sukacita, lemah-lembut, haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, pembawa damai dan bersemangat kemartiran. Semangat miskin itu tidak sama dengan miskin dalam arti tidak memiliki apa-apa. Orang yang bersemangat miskin adalah mereka yang memandang bakat, kemampuan dan harta benda bukan sebagai milik yang harus dipertahankan dan disombongkan, tetapi sebagai rahmat pemberian Tuhan yang harus dibagi. Sukacita adalah orang yang mampu menyerahkan segala masalah dan kesulitan kepada Tuhan sehingga dia tidak terpenjara oleh masalah namun bisa mengambil jarak. Lemah lembut adalah mereka yang bisa merasakan kesulitan dan penderitaan sesama seolah-olah dia mengalami sendiri situasi itu.

 

Sabda Bahagia itu dijalankan bukan pada saat nanti dalam Kerajaan Surga, tetapi sekarang ini harus sudah dijalankan. Ketika saya kuliah teologi, dosen menerangkan bahwa Surga itu bukan sesuatu yang baru, tetapi kelanjutan dari apa yang sudah kita mulai di dunia. Kita memulainya dengan menghidupi Sabda Bahagia itu. Jika kita bisa menghidupi Sabda Bahagia ini, hidup kita akan dipenuhi dengan damai dan kegembiraan. Memang seringkali Sabda Bahagia sering berbeda dengan hitung-hitungan manusiawi kita. Tetapi kalau kita mencoba melakukannya, kita akan heran sendiri karena hidup kita menjadi lebih baik dan sejahtera.

 

Mulai sekarang kita harus menjalani hidup yang berorientasi surgawi. Pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan bukanlah sekedar “apa manfaat yang dapat saya peroleh”, namun sebagai orang beriman kita juga mempertimbangkan apakah keputusan itu mendukung atau menghalangi hidup abadi kita di Surga. Mungkin contoh berikut bisa memberikan penjelasan.

Bapak Korupsiana mendapatkan kesempatan untuk bertindak curang karena mendapat proyek pengadaan barang untuk instansi tertentu. Dia bisa me-mark up harga dengan memanipulasi nota kuitansi untuk kepentingan diri dan teman-temannya. Namun sebagai orang beriman, pertimbangannya tidaklah dibatasi pada waktu sekarang ini. Tetapi “apakah keputusanku ini bertahan untuk keselamatan jiwaku?” Inilah pertimbangan dari seorang beriman.

 

Marilah para saudara, dalam hari raya semua orang kudus ini, berdoa memohon kekuatan dari para kudus agar kita berkanjang dalam hidup dunia ini: tidak silau dengan gemerlap dunia dan tetap mengarahkan diri kita untuk mulia bersama dengan orang Kudus di Surga.

Saudaramu dalam Kristus,
Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori