Nilai Pendidikan dan Ketrampilan

by | Feb 25, 2022 | Chaplain | 0 comments

“Berilah dan kamu akan diberi.” (Lukas 6:38)

Senin itu seperti biasa, saya ambil day off, pergi ke Centennial Park; membaca buku sambil menghirup udara segar setelah penat seminggu bekerja. Kali ini saya membaca buku “The Happiest Man on Earth”, Tulisan Eddie Jacku, seorang Yahudi Jerman yang mengalami camp konsentrasi di Auschwitz, Polandia dan berhasil meloloskan diri dan tinggal di Australia. Dia menulis, salah satu yang menyelamatkan nyawanya adalah karena dia memiliki keahlian. Dan keahlian itu dia dapatkan setelah belajar selama empat tahun di Tutlingen, jauh dari keluarganya di Leipzig. Dia menulis, “without what I learned at School, I would never have survived what was to come”.

Ini menarik karena di keluarga saya, pendidikan juga dinomor satukan. Sepupu saya misalnya, orangtuanya (Om dan Tante) sampai menggadaikan seluruh tanahnya untuk pendidikan anak. Dan kini setelah anak-anaknya selelsai studi dan belajar, mereka bisa mendapatkan kembali tanah-tanah mereka. Bahkan bisa membeli lebih luas lagi. Tentu pendidikan bukan satu-satunya cara untuk sukses. Ada juga orang yang sangat hebat dan sukses meskipun tidak sekolah. Namun umumnya mereka “sangat istimewa di waktu yang sangat tepat.” Juga sekarang ini banyak orang yang menjadi terampil karena belajar sendiri dari media online. Apapun caranya mereka menjadi istimewa karena pengetahuan dan ketrampilannya.

Yang menjadikan pendidikan penting sebenarnya bukan terutama jumlah uang yang kita dapatkan. Namun kita bisa memberikan “significant contribution”. Kita sebagai anggota masyarakat diundang untuk memberikan kontribusi positif kepada sesama. Dan dengan pendidikan, kontribusi kita sangat spesifik. Karena kita memiliki keahlian, maka kita memiliki “kuasa”. Entah itu jabatan, keahlian atau ketrampilan. Dan dengan itu kita bisa lebih mampu menyatakan kasih kepada sesama lewat pelayanan kepada mereka. Dan in return kita akan mendapatkan “reward”. Bukan saja uang, tetapi kita dikenal, dikasihi, dimasukkan dalam lingkaran teman dan sahabat.

Santo Paulus menasehatkan: “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima”(Kis 20:35).

Mari kita setia dengan pekerjaan kita sehari-hari, karena itulah pemberian diri kita. Dan kita akan menerima berkat dari apa yang kita berikan kepada sesama.

Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC

Kategori