Musa, Manager Sejati

by | Jan 15, 2022 | Chaplain | 0 comments

Siapa tidak mengenal Pep Guaardiola. Dia adalah manager sepakbola. Apapun Club sepakbola yang dia tangani, menjadi club papan atas yang memenangi banyak gelar kejuaraan. Barcelona, Bayern Munich dan Manchester City adalah club-club yang sudah merasakan tangan dinginnya. Dia bisa membangun sebuah “culture pemenang”. Dia sangat keras dalam menerapkan disiplin, memberi arahan yang tegas dan tidak segan-segan melepas pemain yang tidak kooperatif.

Namun, Musa lebih hebat. Dia bukan hanya manager sebuah kesebelasan sepak bola. Tetapi sebuah bangsa. Ketika saya menyelesaikan membaca Kitab Taurat: Kitab Suci Perjanjian Lama yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan, kekaguman saya kepada Musa semakin besar.

Ketika Musa mulai memimpin Bangsa Israel, mereka adalah bangsa budak yang sangat lemah dalam identitas, tidak percaya diri, suka mengeluh dan tidak ada rasa bangga sebagai bangsa, karena era perbudakan yang panjang. Bangsa ini dibantu Musa untuk mengenal Allah yang kuat dan perkasa, namun juga mencintai mereka.

Di Padang Gurun, Musa membina bangsa Israel dengan pertama-tama membentuk identitas mereka. Merekalah bangsa terpilih, atau lebih tepatnya menerapkan standar yang keras supaya pantas menjadi bangsa terpilih. Musa menata Hukum, organisasi kepemimpinan, moralitas dan yang terpenting: Ibadat. Peribadatan yang keras menumbuhkan identitas diri yang sangat kuat, yang berbeda dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Dan Musa sangat keras dalam menerapkan disiplin.

Kepercayaan diri itu membuat mereka lebih makmur karena memiliki ternak dan percaya diri yang sehat karena memiliki keteraturan berkat ajaran moralitas, hukum dan peribadatan yang teratur. Walau tidak tertulis, mungkin mereka belajar bela diri dan kehidupan di Padang Gurun membuat mereka menjadi pribadi yang kokoh dan kuat. Namun di atas semua itu, mereka memiliki Yahwe yang menjadi pelindung mereka, yang nampak pada tiang awan. Mereka bertumbuh menjadi bangsa yang bukan hanya setara dengan bangsa-bangsa lain, tetapi menjadi lebih unggul dari mereka.

Namun, ketika mereka sudah kuat, ada godaan untuk menomorduakan Tuhan. Mulailah ada pemberontakan: kepada Musa dan bahkan kepada Tuhan. Mereka menjadi tergoda untuk tegar tengkuk.

Pada akhir hidup Musa, dalam Kitab Ulangan, Musa memberikan paradigma hidup yang baik. Mendengarkan Tuhan dan hukum-hukumnya.  Dan Mengasihi Allah dengan sepenuh hati. Akhirnya setelah Musa wafat, bangsa Israel masih ada di dalam ketegangan itu: Apakah mereka akan mendengarkan Tuhan dan hukum-hukumnya dan mengasihi Allah dan mereka akan terberkati, ataukah tegar tengkuk dan membawa mereka kepada kebinasaan. Semua hal, setelah semua ajaran, hukum, aturan, moral dan ibadat, diserahkan kembali kepada Israel karena mereka itu pribadi merdeka.

Saya merefleksikan, bahwa sejarah bangsa Israel itu adalah kisah kita juga. Waktu masih muda, saya berjuang dalam “padang gurun” berupa formasi pembinaan calon imam. Hati saya diaduk-aduk, luka batin dirapikan, kebiasaan doa dibangun, tubuh dilatih menjadi sehat, cinta kepada sesama dilatih, motivasi dikobarkan. Saya bekerja sangat keras, dan kini sudah melihat hasilnya. Misalnya waktu saya merayakan misa di Cathedral. Betapa hati saya diliputi rasa haru yang luar biasa. Siapakah aku ini sehingga bisa merayakan Ekaristi di tempat yang seagung ini.

Namun, sebagaimana umat Israel goadaan juga ada: menomorduakan Tuhan dan menjadi tegar tengkuk dan kemudian mengikuti keinginan dan naluri sendiri.

Membaca Lima Kitab pertama dalam Perjanjian Lama, saya seperti diajak untuk mengikuti arahan sang Manager sejati, Musa. Tetap mendengarkan hukum-hukumnya dan mengasihi Allah dan sesama.

Refleksi:

  1. Cobalah untuk melihat kembali sejarah hidupmu, dari lahir sampai sekarang. Perjuangan apa saja yang pernah engkau hadapi? Buah-buah apa saja yang sudah kamu miliki sekarang?
  2. Apakah engkau rasakan godaan yang sama dengan yang dimiliki bangsa Israel: menjadi tegar tenkuk dan mengikuti naluri dan keinginan diri yang tidak teratur?
  3. Jika engkau harus merumuskan ajaran Musa dalam satu kalimat, bagaimana anda bisa mengatakannya?

Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC

Kursus Perkawinan Bagi calon nikah yang pasangannya tidak bisa  berbahasa Indonesia dan menghendaki kursus berbahasa Inggris, ikutlah kursus yang dilakukan oleh Archdiocese. www.engagedencounter.org.au Choose any of the coming Weekends: Feb 19-20, Apr 30 – May 01, Aug 06-07, Nov 12-13

Kategori