DISCERNMENT: MEMBEDA-BEDAKAN DAN MEMILIH YANG BAIK

by | May 19, 2024 | Chaplain | 0 comments

Romo, Perayaan Pentakosta mengingatkan kita bahwa Roh Kudus senantiasa menyertai kita. Namun kenyataannya, tidak selalu mudah untuk mengikuti bimbingan Roh Kudus dalam diri kita, dan bahkan kita melakukan hal yang sebaiknya. Rasul Paulus bahkan mengatakan,”Sebab keinginan daging  berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging  –karena keduanya bertentangan–sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki (Gal. 5:17).”. Bisakah Romo memberi sedikit ulasan?

Clara

Clara dan umat CIC yang saya kasihi,

Semua agama monotheisme mengajarkan bahwa ada dua bisikan dalam hati manusia untuk mengarahkan tingkah laku. Pertama adalah suara Malaikat yang membimbing dan suara kedua adalah suara setan yang menyesatkan. Dalam tradisi kekatolikan, suara-suara dalam hati itu disebut sebagai Roh Tuhan dan Roh Jahat. Saya sendiri lebih suka menterjemahkan Roh Tuhan dan roh yang bukan tuhan. Roh Tuhan mengarahkan kita kepada Tuhan, dan kwalitas-kwalitasnya seperti kasih,  sukacita, damai sejahtera,   kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri.  dan roh bukan tuhan justru menjauhkan kita dari Tuhan (Gal. 5:22). Roh bukan Tuhan menjauhkan kita dari Tuhan dan mengarahkan kita kepada “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Gal 5:18). 

Tugas kita yang tidak ada habisnya adalah menyadari suara-suara dan dorongan-dorongan yang ada di hati kita dan membeda-bedakan, manakah yang datang dari Tuhan, mana yang bukan Tuhan. Kesadaran untuk membeda-bedakan ini adalah keunggulan rohani yang perlu untuk diasah. Inilah yang disebut sebagai discernment: membeda-bedakan untuk memilih yang baik.

Santo Ignatius dalam buku Latihan Rohani  menasehatkan bahwa roh jahat atau “roh bukan tuhan” itu bertindak seperti seorang jenderal perang yang memeriksa kelemahan dari benteng pertahanan musuh. Dia akan menyerang dari titik lemah benteng itu.

Manakah dalam diri manusia yang bagaikan benteng yang rapuh? Dalam diri manusia ada kelemahan-kelemahan yang terjadi karena pengalaman pahit. Ini adalah sebuah contoh, dari seseorang yang datang kepada saya untuk bimbingan rohani. Tentu saya samarkan sehingga tidak terlalu persis.

Aldi (bukan nama sebeneranya) adalah seorang yang cerdas, pintar, penuh energi. Namun setiap kali dia menggapai kesuksesan, dia akan segera menghancurkan kesuksesannya itu. Misalnya ketika bisnisnya cukup berhasil, dia malah melakukan hal yang melanggar hukum. Dia juga senang untuk mencoba hal-hal berbahaya seperti narkoba. Dia menikah dengan orang yang sangat baik, tetapi dia gemar menyakiti dan membuat ulah. Setelah beberapa kali bimbingan, baru disadari bahwa perilaku berulang itu bermula sedari waktu dia masih kecil. Kira-kita umur 3-4 tahun. Kakaknya, cengeng sekali, sehingga selalu meminta dipeluk ibunya saat tidur. Sedangkan dia tidur di tempat tidur tersendiri yang terpisah, walau masih di satu ruangan. Dari jauh dia memandangi kakaknya yang dipeluk ibunya dengan hangat.  Dia sangat iri pada kakaknya. Dia harus membuat keributan untuk menarik perhatian Mamanya. Karena dia suka ribut, tempat tidurnya malah dibuat pembatas seperti kandang. Dia harus membuat keributan lebih keras lagi supaya diperhatikan. Ada bisikan dalam diri: Engkau tidak berharga, engkau tidak menarik. Hanya jika engkau berulah engkau akan diperhatikan. Maka serentetan kekacauan dia lakukan. Dia pernah memasukkan tangannya di kipas angin, memegang rokok yang menyala, jatuh dari sepeda, dan lain-lain. Dengan cara itu dia mendapatkan perhatian dan merasakan kasih dari ibunya.

Lama kelamaan itu menjadi pola hidupnya. Ketika roh-bukan-tuhan melihat keterlukaan kita, keterlukaan itu dia  pakai untuk memberikan false message, pesan yang salah. Dan menjadi pintu masuk godaan-godaan. Satu pesan yang salah terpatri dalam dirinya: aku tidak pantas dicintai. Hanya jika saya membuat keributan ibu (dan kemudian orang-oran lain) memperhatikan dirinya.

Ketika Aldi berlatih discernment dan merefleksikan kehidupannya, dia bisa membeda-bedakan suara-suara di hatinya, dan memilih yang baik. Hidupnya berkembang ke arah yang lebih baik. 

Discerment sering membutuhkan pembimbing. Datang ke seorang pembimbing rohani yang bisa mendengarkan dengan penuh kasih, tidak judgmental, tidak segera menasehati tetapi mendengarkan dan mengeksplorasi duduk perkaranya akan sangat membantu. 

 Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Email: petrussuroto@gmail.com

Kategori