DARI REVOLUSI MENTAL KE REVOLUSI CINTA

by | Feb 4, 2024 | Chaplain | 0 comments

Markus 1:29-39

Umat CIC Sydney ytk,

Kita tentu pernah mendengar ungkapan yang mengatakan, “Siapa yang memberi akan menerima”. Kalau ungkapan ini kita kenakan dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu sangat benar adanya. Semakin orang memberikan cinta, dia pun semakin dicintai. Yesus dalam Injil hari ini kembali menunjukkan kasih kepada orang banyak. Cinta kasih yang nyata dari Yesus itu, menjadikan-Nya semakin dicintai dan dirindukan oleh banyak orang. Yesus menyembuhkan semua orang yang menderita sakit dan kerasukan setan, yang dibawa kepada-Nya. Mereka semua mengalami kegembiraan berkat kuasa Allah dalam diri Yesus. Di mana Yesus ada, di situ ada kegembiraan dan cinta. Cinta ini adalah jalan Yesus untuk semakin termasyur. 

PANGGILAN UNTUK MENCINTAI

Kita pun diundang untuk memberi cinta kepada sesama. Dengan mencintai, kita yakin bahwa kita semakin dicintai oleh banyak orang. Meskipun balasan cinta itu tidak seketika kita alami dari yang lain; akan tetapi janji Allah menjadi harapan bagi kita yang rela membantu sesama. Cinta yang tulus tidak mengharapkan pamrih, cinta yang tulus harus terjadi karena memang Allah yang menghendaki. Apa yang kita beri akan kita peroleh dari Tuhan karena janji-Nya kepada kita.

Apa makna kisah Injil hari ini bagi kita? 

Pertama, kehadiran Yesus dalam hidup kita mengubah situasi hidup kita yang suram dan “mendung” karena berbagai alasan menjadi cerah ceria. Yang dituntut dari kita adalah membiarkan diri didatangi Yesus. Setiap orang yang menerima Yesus akan menikmati kabar baik yang diwartakan-Nya dan mengalami tindakan kasih-Nya. Sebagai pengikut Yesus, kita mesti memberitahu kondisi hidup sesama kita, negara kita dan situasi dunia kita kepada Yesus melalui doa agar dapat diubah oleh Yesus. Tidak hanya itu, tetapi kita juga harus membawa sesama yang menderita dan terganggu hidupnya kepada Yesus agar merekapun disembuhkan dan dibebaskan oleh Yesus dari berbagai ikatan yang menyengsarakan mereka.

Kedua, relasi dengan Allah dalam doa menjadi kekuatan utama yang memampukan kita untuk membedakan mana kehendak Allah dan mana keinginan manusia. Relasi dengan Allah akan mendatangkan kebijaksanaan yang membuat kita mampu untuk memilih kehendak Allah meski terasa sulit dan berisiko. 

Ketiga, mewartakan kabar baik dan menjadi saksi tindakan kasih Yesus merupakan misi utama setiap orang Kristiani. Sebagaimana orang-orang yang disembuhkan dan dibebaskan dari roh jahat akhirnya menjadi pewarta dan saksi Yesus Kristus, kita pun disembuhkan dan dibebaskan dari kuasa kejahatan untuk menjadi pewarta Injil dan saksi Yesus Kristus. 

Keempat, kita disembuhkan untuk melayani. Kesembuhan, perubahan suasana hidup, pembebasan dari berbagai kekuatan jahat tidak hanya bersifat personal, melainkan juga bersifat sosial. Sebagaimana ibu mertua Simon yang langsung melayani tamu setelah disembuhkan oleh Yesus, demikian pula penyembuhan, pembebasan dan perubahan yang kita alami dimaksudkan agar kita menjadi pelayan bagi sesama. Semoga kita senantiasa menyadari bahwa kitapun disembuhkan untuk melayani sesama.

Umat CIC Sydney ytk,

Tgl 10 februari (di Sydney) dan tgl 14 februari di Indonesia, akan berlangsung pesta demokrasi, kita akan memilih presiden dan wakilnya serta anggota legislatif. Mari kita gemakan semangat revolusi cinta di saat kita datang ke TPS masing-masing. Apa maksudnya? Bacaan injil hari ini, panggilan untuk mencinta adalah ajakan untuk kita semua tanpa terkecuali mewartakan semangat cinta hidup di tengah masyarakat Indonesia dan dunia. Saatnya terjadi revolusi cinta di mana pun. Kita singkirkan “virus kebencian” dan kita gantikan dengan “gema cinta” yg menjadi gerakan bersama. Pemilu tepat diadakan pada tgl 14 februari, hari kasih sayang menandai gerakan “revolusi cinta” yang harus kita menangkan. Ayo gemakan “budaya cinta” di tengah negeri kita tercinta dan kita singkirkan “budaya kematian”  jauh-jauh dari muka bumi. Inilah gerakan nyata pertobatan/metanoia kita(tgl 14 februari juga kita rayakan RABU ABU sebagai pembuka masa prapaska, masa di mana kita mempersiapkan paska dengan hari-hari pertobatan kita): Tinggalkan “Budaya kematian” dan kita songsong “Budaya cinta”. Apa yang sudah dimulai di negeri kita dengan REVOLUSI MENTAL, mari kita lanjutkan dengan REVOLUSI CINTA.

Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031

Kategori