“Berani Meninggalkan Zona Nyaman”

by | Feb 24, 2024 | Chaplain | 0 comments

(Markus 9: 2-10)

Umat CIC Sydney ytk,

 Dalam Injil Markus 9: 2-10 dikisahkan tentang Yesus yang naik ke atas gunung Tabor untuk berdoa bersama dengan tiga murid-Nya: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, pakaian-Nya juga menjadi putih berkilau-kilauan. Menurut Injil Markus, wajah Yesus berubah rupa sedemikian rupa hingga bercahaya seperti matahari, sementara pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Peristiwa ini sering disebut sebagai transfigurasi. Dalam peristiwa itu, Musa (pemimpin peziarahan orang Israel meninggalkan Mesir) dan Elia (nabi terbesar dalam sejarah Israel) nampak dalam kemuliaan. Ketiganya berbicara mengenai perjalanan Yesus ke Yerusalem. Apa maksudnya perjalanan Yesus ke Yerusalem? Yerusalem pusat kota dan peribadatan (kultus) orang Yahudi. Yerusalem adalah kota Allah. Yesus adalah “Musa baru” yang akan menuntun peziarahan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian, menuju Yerusalem baru, yakni Kerajaan Allah.

Peristiwa Transfigurasi ini diimani sebagai salah satu dari lima peristiwa penting dalam kehidupan Yesus (pembaptisan, penyaliban, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga). Transfigurasi Yesus di atas gunung Tabor merupakan bentuk penyataan jati diri Kristus sebagai Anak Allah, sehingga manusia dapat mengenal-Nya sebagai Juruselamat yang akan membawa kehidupan baru kepada seluruh umat manusia.

Pada waktu peristiwa itu, terdapat tiga murid Yesus bersama dengan Dia: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Petrus menawarkan untuk mendirikan tiga kemah karena mereka sungguh bahagia. “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Markus 9:5). Petrus ingin tinggal di atas gunung, dalam kemuliaan dan kebahagiaan transfigurasi. Namun ia tidak menyadari konsekuensi dari keinginannya, yakni misi Yesus yang tidak akan terwujud. Lebih dari situ, dia tidak menyadari bahwa kemuliaan itu mesti dicapai lewat perjuangan, perubahan, jatuh-bangun dan penderitaan.

Permintaan Petrus untuk mendirikan kemah di atas gunung Tabor menunjukkan suatu sikap “nyaman”. Petrus dan teman-temannya terlena dalam zona nyaman dan tidak mau beranjak dari situasi itu. Oleh karena itu, Yesus tidak membiarkan para murid terlena dalam kenikmatan hidup. Dia mengajak mereka turun dari gunung untuk ikut ambil bagian dalam peristiwa keselamatan. Ajakan Yesus untuk turun gunung merupakan pelajaran yang penting bagi para murid bahwa kenyamanan di atas gunung Tabor tidak berarti apa-apa. Kenyamanan, kebahagiaan, ketenangan, status quo mesti ditinggalkan untuk mencapai kemuliaan yang lebih besar. Yesus sendiri rela meninggalkan zona nyaman dan masuk dalam zona yang tidak nyaman demi menyelamatkan manusia. Yesus juga hendak mengajarkan kepada para murid bahwa kemuliaan Golgota lebih agung dari kemuliaan Tabor.

Umat CIC Sydney ytk,

Di dunia ini, ada banyak tawaran duniawi yang benar-benar menjanjikan kenikmatan dan kenyamanan untuk hidup kita. Namun hanya ada satu tawaran yang benar-benar menjamin kebahagiaan sejati, yakni tawaran Tuhan.

Tawaran Tuhan adalah kesetiaan dalam penderitaan dan kebahagiaan hidup. Akan tetapi, terkadang kita merasa sulit untuk mendengar tawaran Tuhan karena kita sibuk dengan diri kita sendiri dan terbuai dengan kenikmatan duniawi. Kita cenderung tinggal di zona nyaman seperti yang dialami Petrus, Yakobus dan Yohanes: “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Sikap semacam ini akan menyulitkan kita untuk melihat rencana Tuhan dalam setiap gerak-gerik hidup kita.

Maka, melalui peristiwa transfigurasi, Yesus hendak mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan di gunung Tabor akan kita dapatkan jika kita mau meninggalkannya dan naik ke Golgota. Ada tabor, ada golgota. Ada kebahagiaan, pasti ada panderitaan. 

Kebahagiaan akan kita dapatkan jika kita mampu bertahan hidup dalam penderitaan, darah dan air mata. Apakah kita sudah berani untuk meninggalkan zona nyaman (Tabor) dalam hidup kita dan berani bergerak menuju ke golgota (Penderitaan)? Mungkin kita lebih senang mencari kenikmatan duniawi tanpa peduli dengan situasi yang ada di sekitar kita. Seorang bapak bisa saja mencari tabor di tempat lain, dan membiarkan anak dan istri berada dalam zona yang tidak nyaman. Seorang istri bisa saja lebih asyik dengan “tabor-tabor”nya di mall dan pusat pembelajaan hingga lupa memperhitungan penghasilan suaminya. Seorang anak bisa jadi lebih merasa bahwa tabornya ada pada fb, twiter, video game ketimbang pada buku pelajarannya. Masih ada banyak tabor-tabor lain yang ada dalam hidup kita, Yesus mengajak kita untuk turun dan berjalan bersama Dia menuju golgota. Dan, untuk dapat turun dari gunung tabor (zona nyaman) hidup kita, hal pertama yang harus kita lakukan adalah berani untuk berubah dan mampu mengendalikan dari kenikmatan duniawi. Sebab, tidak ada gunung tabor tanpa ada puncak golgota. Dan ketika kita telah mencapai golgota maka Allah akan menjadikan kita sebagai anak-Nya dan berkenan di hadapa-Nya. Tuhan memberkati kita.

Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031

Kategori