Paus Mendukung Perkawinan Sejenis?

by | Nov 15, 2020 | Chaplain | 0 comments

Beberapa Minggu lalu, saya mendapat WA message dari umat, “Romo, Paus telah menyetujui gay marriage. Kami sangat resah. Mohon petunjuk Romo”. Saya mengatakan, wah, saya tidak bisa menjawab dengan cepat sebelum mengerti duduk persoalannya. Dan setelah tiga hari saya menjawab untuk menerangkan umat saya itu. Dan setelah saya lihat-lihat lagi, baik juga kalau saya angkat di dalam artikel Chaplain yang setiap minggu saya tulis di buletin dan website CIC.

Yang saya dapatkan dari program Evgeny Afineevsky’s documentary, adalah terjemahan dari Paus Fransiskus yang berkata: “Homosexual people have a right to be in a family. They are children of God. You can’t kick some one out of a family, nor make their life miserable for this. What we have to have is  a civil law, that way they are legally covered”.

Jadi Paus tidak bicara apa-apa tentang perkawinan sejenis. Tetapi membuka pemikiran bagaimana caranya kepada saudara-saudari kita yang memiliki orientasi sexual homo. Karena sudah lama Diagnostic and Statistical Manual, yang dikenal sebagai DSM dan menjadi patokan dari dunia pyschology dan psychiatry, telah mengeluarkan homosexuality dari mental disorder, khususnya sexual disorder. Supaya merekapun hidup bahagia karena mereka juga anak-anak Tuhan. Civil union adalah salah satu kemungkinan yang dipirkan Paus secara subjektif.  Ini adalah pandangan pribadi (subjective)  dan bukan pandangan dirinya sebagai Paus, Uskup Roma, Primus Inter Pares. Jika ini pandangan formal sebagai Paus tentu akan dibicarakan oleh para theolog dan komisi di kuria dan akan disampaikan dengan hati-hati sebagai ajaran resmi. Maka dalam ajaran moral katolik, katolik tetap tidak mengizinkan perkawinan katolik sejenis. Gereja Katolik mendasarkan ajaran moralnya pada hukum alam.

Paus kita memiliki hati yang hangat, namun juga ceplas-ceplos. Itulah sebabnya ada yang mengatakan supaya sebelum menjawab pertanyaan, beliau menghitung dulu 1 sampai 10. Karena jawabannya bisa menimbulkan kebingungan di antara umat.

Namun bukankah dalam kehidupan kita, kita perlu mampu membeda-bedakan secara bijak? Ketika Yesus mengatakan, “Allah-Ku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mat 27:46), Yesus tidak dalam keadaan putus asa dan kehilangan kepercayaan, namun berserah kepada Bapa. Ketika istri/suamimu mengatakan, “Cukup sudah penderitaan hidup bersamamu”, itu hanya kemarahan sesaat  dan bukan itu yang dimaksud arti yang sebenarnya. Dia ingin dipeluk dan bukan ingin ditinggalkan. Atau satu hari, seorang imam, teman saya, berkata dalam doa pagi, “Saya tidak mau lagi menjadi imam. Too much works!! Enough is enough”. Namun saya lihat dia tetap melakukan pekerjaan dengan baik dan setia. Dan ketika saya tanya lagi, waktu itu dalam satu malam dia memberi minyak suci tiga kali. Jam 9 PM, ada call lagi jam 11 PM dan kemudian jam 3 AM. Dia kelelahan dan frustasi, namun bukan berarti ingin give up. Dia tetap being faithful and resposible minister.

Jadi mari kita belajar membeda-bedakan. Antara Paus bicara secara pribadi, ataukah Paus bicara sebagi Uskup Roma, primus Interpares, penjaga ajaran iman Gereja Katolik.

 

Saudaramu dalam Kristus,


Fr. Petrus Suroto MSC

Chaplain CIC

Kategori