ISTILAH KATOLIK

by | Oct 14, 2025 | Chaplain | 0 comments

Istilah “Katolik” diserap dari bahasa Belanda, yaitu kata Katholiek, yang berasal dari kata Catholicus dalam bahasa Latin, yang berakar dari kata dalam bahasa Yunani Kuno, yaitu κᾰθολῐκός (katholikós), yang berarti “menyeluruh”, “umum”, atau “universal”. Istilah ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan Gereja ini setidaknya pada awal abad ke-2 M. Penggunaan frasa “gereja katolik” (bahasa Yunani: καθολικὴ ἐκκλησία, translit. he katholike ekklesia) pertama kali tertuang dalam sebuah surat yang dituliskan oleh Santo Ignatius dari Antiokhia pada tahun 110 M kepada jemaat di Smirna

Di mana pun uskup muncul maka di sanalah umat berkumpul, sama seperti di mana Yesus Kristus muncul maka di sanalah Gereja Katolik berada.

Dalam salah satu Katēchēseis (Κατηχήσεις) yang dikemukakan oleh Santo Sirilus dari Yerusalem, nama “Gereja Katolik” digunakan untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok lain yang juga menyebut identitas mereka sebagai “gereja”. Gagasan istilah “katolik” juga ditekankan lebih lanjut dalam Maklumat Tesalonika, yang juga diberi judul de fide Catolica (“dari iman Katolik”), yang dikeluarkan oleh Kaisar Theodosius I pada tahun 380 ketika ia menetapkan Kekristenan Nikea aliran “ortodoksi katolik” dari Gereja Raya sebagai Gereja negara Kekaisaran Romawi. Beberapa Bapa Gereja seperti Santo Hieronimus dan Santo Agustinus dari Hippo juga menggunakan istilah katolik untuk membedakan antara Gereja yang mempraktikkan iman yang sejati dengan kelompok-kelompok lain yang dianggap bidaah. Pada surat yang berjudul Menghadapi Surat Manichaeus yang Disebut Fundamental, Santo Agustinus mengemukakan perihal tersebut. 

Dan demikan pula akhirnya nama Katolik, yang bukannya tanpa alasan digunakan oleh sejumlah besar bidaah, tetap dipertahankan oleh Gereja, sehingga walaupun semua penganut bidaah ingin dikenal sebagai “Katolik”, ketika seorang asing bertanya di mana umat Gereja Katolik berkumpul, tidak ada satu pun penganut bidaah yang berani menunjuk kapel atau rumah ibadatnya sendiri.

Setelah Skisma Akbar tahun 1054, Gereja Timur (khususnya Gereja Ortodoks Timur) menggunakan nama “Ortodoks” sebagai identitas khas gereja tersebut, meskipun masih tetap menggunakan nama lengkap Gereja Katolik Ortodoks. Sementara itu, Gereja Barat yang berada dalam kesatuan dengan Takhta Suci lebih menggunakan nama “Katolik” sebagai identitas Gereja. Istilah “Gereja Katolik” semakin ditekankan setelah terjadinya peristiwa Reformasi, yang membuat kelompok-kelompok yang disebut “Protestan” memisahkan diri dari persekutuan dengan Paus

KEYAKINAN

Gereja Katolik meyakini bahwa hanya ada satu Allah saja, yang hadir dalam tiga pribadi: Allah Bapa; Yesus Sang Putera; dan Roh Kudus. Keyakinan-keyakinannya terangkum dalam Kredo Nicea dan dirinci dalam Katekismus Gereja Katolik. Kredo Nicea juga merupakan pusat pernyataan keyakinan dari denominasi-denominasi Kristen lainnya. Pertama-tama adalah umat Kristen Ortodoks Timur, yang keyakinan-keyakinannya mirip dengan keyakinan-keyakinan umat Katolik, perbedaan utamanya terletak dalam hal infalibilitas kepausan, klausa filioque, dan Maria dikandung tanpa noda. Berbagai denominasi Protestan bervariasi dalam keyakinan-keyakinannya, namun pada umumnya mereka berbeda dari umat Katolik dalam hal Sri Paus, Tradisi Gereja, Ekaristi, penghormatan orang-orang kudus, serta dalam isu-isu yang berkaitan dengan anugerah, perbuatan baik, dan keselamatan

Konsili Yerusalem, yang diselenggarakan oleh para Rasul sekitar tahun 50 untuk memperjelas ajaran-ajaran Gereja, menjadi tolok ukur bagi konsili-konsili Gereja selanjutnya yang diselenggarakan oleh para pimpinan Gereja sepanjang sejarah. Konsili terakhir dalam Gereja ini adalah Konsili Vatikan kedua, yang berakhir pada 1965. 

OTORITAS PENGAJARAN, TUJUH SAKRAMEN

Berdasarkan janji Yesus di dalam Injil, Gereja Katolik percaya bahwa ia dibimbing secara berkesinambungan oleh Roh Kudus, dan oleh sebab itu terhindar dari kemungkinan kekeliruan doktrin. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Roh Kudus menyingkapkan kebenaran Allah melalui Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium. Kitab Suci, atau Alkitab Katolik, terdiri atas kitab-kitab yang sama dengan yang terdapat dalam Perjanjian Lama versi Yunani—disebut pula Septuaginta—beserta ke-27 tulisan Perjanjian Baru yang terdapat dalam Codex Vaticanus dan terdaftar dalam Surat Hari Raya yang ke-39 yang ditulis Athanasius. Seluruh kitab tersebut merupakan ke-73 Kitab Suci Katolik, berbeda dengan banyak gereja Protestan yang menggunakan 66 kitab saja. Kitab-kitab dan tulisan-tulisan yang dianggap kanonik oleh Gereja Katolik tetapi tidak dianggap kanonik oleh beberapa kelompok lainnya disebut juga kitab-kitab Deuterokanonika. Tradisi Suci terdiri atas ajaran-ajaran yang menurut keyakinan Gereja telah diwarisi dari zaman para Rasul. Kitab Suci beserta Tradisi Suci bersama-sama disebut “deposit iman” (Bahasa Latin: depositum fidei). Deposit iman ini nantinya ditafsirkan oleh Magisterium (dari kata magister dalam bahasa Latin yang artinya “guru”), otoritas pengajaran Gereja Katolik, yang—melalui suksesi apostolik—dilaksanakan oleh Sri Paus dan uskup-uskup yang berada dalam kesatuan dengan Sri Paus. 

Menurut Konsili Trente, Yesus melembagakan tujuh sakramen dan mempercayakannya kepada Gereja. Ketujuh sakramen tersebut adalah Pembaptisan, Krisma, Ekaristi, Rekonsiliasi (Sakramen Pengakuan Dosa), Minyak Suci (atau sakramen “Pengurapan Orang Sakit”), Imamat, dan Pernikahan. Sakramen-sakramen adalah ritual-ritual kasat mata yang penting artinya, dan yang oleh umat Katolik dipandang sebagai tanda-tanda kehadiran Allah serta saluran-saluran yang efektif dari anugerah Allah kepada orang-orang yang menerima sakramen-sakramen tersebut dengan disposisi yang sesuai (ex opere operato). (ikuti seri selanjutnya…) 

Ametur

RP. Agustinus Handoko HS MSC

Chaplain to the Indonesian Community

193 Avoca St, Randwick NSW 2031

PO BOX 309, Randwick NSW 2031

Email: hanhanmsc@yahoo.com atau Chaplain@cicsydney.org

Kategori