Site icon CIC Sydney

Renungan 5 April 2020

CHAPLAIN MENYAPA

Para saudara, siapa yang mengira bahwa wabah COVID 19 berkembang seperti sekarang ini. Penyakit yang pertama kali dikenali di Wuhan ini kini mendunia. Sudah lebih dari 1 juta orang terinfkesi. Setiap hari lebih kurang 75,000 orang terinfeksi. Manusia yang mengerti statistik lantas paham bahwa daya penyebarannya sangat luar biasa.

Ada yang terdampak langsung. Kita mulai mengenal beberapa yang terjangkit adalah orang-orang yang kita kenal. Namun lebih banyak mereka yang terkena dampak secara tidak langsung. Kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan adalah salah satu contohnya.

Dan sekarang kita banyak di rumah. Tidak keluar rumah jika tidak penting betul. Saya mengajak umat untuk mematuhi hal ini. Logikanya sederhana.  Virus ada umurnya. Dia hidup karena meloncat dari satu organisme/benda ke yang lain. Kalau orang membatasi pergerakan, tentulah virus ini akan mati. Mari belajar dari Kitab Amsal. “kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tidak berpengalaman berjalan terus lalu kena celaka”(Am 27:12).

Tuhan ada di mana?

Tentu Tuhan berkuasa untuk meniadakan penyakit ini. Namun Tuhan membiarkan COVID 19 ini. Saya mengatakan mebiarkan, karena manusia, sang mahkota ciptaan, yang padanya Tuhan memberikan akal budi dan kehendak bebas, tentu berkontribusi atas adanya wabah ini, walau tidak diketahui secara persis. Itulah yang dengan kata lain dosa. Dosa karena perilaku kita dan dosa itu memiliki dimensi sosial. Kedosaan kita mempengaruhi dan bahkan menjangkiti orang lain.

Tuhan membiarkan karena di dalam kesulitan kita bisa belajar banyak. Yesus juga tidak terhindar dari kesultan-kesulitan ini. Sewaktu masih bayi, ada infantisida atau pembunuhan bayi oleh Raja Herodes yang paranoid (Matius). Orangtuanya yang bijak membawanya ke Mesir dan Yesus selamat.

Namun Tuhan tidak lepas tangan. Mari kita selalu memohon kekuatan dan kesehatan dariNya.

Apa yang Bisa kita Buat?

Mungkin banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa sekrang ini manusia sangat terspesialisasi. Misalnya ada yang mendapat pemdapatan dari bekerja di perusahaan tertentu, dan dari pendapatan itu kita membeli apa saja yang kita butuhkan. Tapi waktu saya kecil tidak seperti itu. Ibu saya masih menjahit baju untuk kakak-kakak saya, kita masih membuat mainan kita sendiri yang dibuat dari kayu, kita memasak makanan sendiri. Mari menyadari bahwa kita manusia kreatif. Kreativitas itu sudah ada di dalam diri kita.

Doa Keluarga adalah ciri orang Katholik yang mulai ditinggalkan. Mari kita hidupkan lagi doa keluarga.

Bijak dalam Informasi

Informasi itu seperti makanan. Makan makanan sehat, sehatlah jasmani kita. Informasi yang tidak sehat membuat stress dan khawatir berlebihan. Para saudara, Pakai Rasio/Pikiran/Akal sehat kita atas informasi yang kita terima. Apakah ini masuk akal dan benar, siapa yang mengatakan, apa pendapat pribadi saya? Itulah caranya menyaring.

Dan jangan memforward berita sebelum kita membaca dan memastikan berita itu menurut pendapatku benar dan baik untuk orang lain. Kalau anda memforward sesuatu yang belum anda pahami, itu Sikap yang tidak bertanggungjawab. Kalau memforward sesuatu yang keliru dan mencemaskan, anda penyebar keresahan. Tetapi kalau baik dan berguna: sebarkanlah. Anda pembawa kabar baik.

Waspada tetapi Bahagia

Menyadari bahwa pagebluk COVID 19 ini mudah menular, dan belum ditemukan antivirusnya, kita harus waspada. Mentaati direksi dari government adalah cara yang efektif. Namun jangan lantas kita murung. Kita tetap menemukan hal-hal yang membawa kita kepada bahagia. Langit yang makin bersih, burung-burung yang makin giat bernyanyi, memperhatikan anak-anak kita, quality time bersama keluarga: adalah hal-hal yang amat indah. Thomas Aquinas, orang suci dalam Gereja Katholik berkesimpulan, “Sense of Wonder sets a person’s feet on the ladder that lead up to the beatific vision”. Tajamkan rasa kagum, karena orang yang bisa kagum ada di beranda rumah Allah.

Apa yang CIC bisa lakukan?

Yang terpenting adalah tolong menolong antara aggota CIC. Bertanya kabar satu dengan yang lain. Dan kita saling mendoakan. Chaplain anda fokus dalam berdoa “pro populo”, untuk umat, lebih sering di saat-saat ini. Kita juga berusaha:

Direksi dari Keuskupan: Beberapa yang penting

Demikian Umat CIC terkasih. Selamat memasuki Pekan Suci. Waspada Namun  jangan lupa bahagia.

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Exit mobile version