Site icon CIC Sydney

Renungan 22 September 2019

PAULUS, RASUL AGUNG GEREJA (1)

Catatan Awal

Bisakah dibayangkan Kekristenan tanpa Paulus? Tanpa Paulus Kekristenan mungkin tidak akan seluas seperti sekarang ini. Dan bahkan banyak yang berpendapat tanpa Paulus kekristenan hanya akan menjadi salah satu sekte dalam agama Yahudi. Belajar tentang Paulus akan memperkaya iman. Maka pada bulan September 2019, di bulan Kitab Suci, saya membaca buku-buku tentang Paulus dan ingin untuk membagikan catatan untuk anda. Menjadi jelas bahwa saya bukan pengarang namun sekedar penyusun dari bahan bacaan yang saya pelajari.

 

Latar Belakang Paulus

Paulus dilahirkan di Tarsus, dari keluarga Yahudi (Filipi 3:5). Tidak diketahui benar kapan dia lahir, tetapi diduga dia lahir pada tahun-tahun pertama tahun Masehi. Keluarganya berbahasa Aram (Kis 21:39)  dan dari keluarga kaya (Kis 22:28). Orangtuanya adalah warga negara Roma.  Dia disunat pada hari ke 8 dan diberi nama Saul dan nama Romawi Paulus.

Saulus bangga akan kota kelahirannya. Dia belajar Bahasa Yunani yang menjadi bahasa di daerahnya dan dia juga belajar filsafat Yunani.

 

Karier Paulus

Sewaktu masih sangat muda Paulus memutuskan untuk menjadi seorang guru (guru hukum taurat). Paulus kemudian dikirim oleh orangtuanya ke pusat Yahudi pada waktu itu yaitu Yerusalem. Dia menjadi murid Rabi Gamaliel. Rabi Gamaliel adalah putra Rabi Gilel yang memiliki pandangan bahwa orang di luar bangsa Yahudi ada di luar rencana keselamatan Allah. Paulus adalah murid yang sangat cerdas yang sangat membanggakan orangtua, guru dan sahabat-sahabatnya.

Sewaktu masih muda dia sudah belajar memiliki ketrampilan yaitu membuat tenda, sebab seorang ahli taurat umumnya diminta untuk memiliki keterampilan untuk dapat menafkai dirinya (Kis 18:3). Hal ini sangat membantu Paulus dalam perjalana misinya sehingga dia tidak tergantung kepada siapapun (1 Kor 9:15).

Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia kembali ke Tarsus dan menjadi Rabi atau guru agama. Tidak banyak sumber yang menceritakan kegiatan Paulus saat dia menjadi rabi di Tarsus.

Penganiaya Jemaat

Paulus sudah mendengar tentang gerakan Kristen (kemungkinan waktu itu Namanya Yesus atau jalan, karena kata Kristen baru dipakai beberapa tahun kemudian di Antiokia). Paulus ingin mempertahankan ajaran nenek moyangnya. Maka dia memimpin pasukan untuk menghacurkan kekristenan. Dia setuju bahwa Stefanus dihukum mati dan bahkan ada di sana ketika eksekusi terjadi. “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing.” (Kisah Para Rasul 26:10,11) Bersambung.

 

Saudaramu dalam Tuhan,

Rm. Petrus Suroto MSC

Exit mobile version