Site icon CIC Sydney

Panduan Refleksi Pra-Paskah 2021: Bagian IV

Persiapan
Mulai dengan membuat tanda salib. Ambilah waktu untuk menyadari kehadiran Tuhan yang mengasihi. Mohon Roh Kudus untuk membimbing doa dan renunganmu.

Perikope Kitab Suci
Bacalah Yohanes 2:13-25

Renungan Injil:
Tiap hari kita membutuhkan air. Untuk minum, membersihkan tubuh, mencuci baju dan lain-lain. Dari mana air itu berasal? Air itu ditangkap dari pepohonan yang menyimpan air hujan, kemudian ditampung di dalam dam atau waduk. Kemudian ada treament plan center di mana air itu dibersihkan dan dimurnikan hingga bisa kita minum. Air menjadi sentral dalam kehidupan orang perkotaan seperti kita.

Dalam masyarakat Yahudi, yang juga menjadi sentral adalah Bait Allah. Dalam Bait Allah doa-doa dan mazmur dilagukan untuk memuji Allah. Bait Allah menjadi pusat budaya, karena perilaku kebajikan berasal darinya. Maka ketika Bait Allah dijadikan tempat untuk berjual beli, apalagi dengan praktek kolusi antara kaum imam dan para pedagang, Yesus sangat marah. Dia menganyam cemeti dan mengusir para pedagang dari Bait Allah.

Kitab Suci juga menunjuk hati manusia sebagai pusat kehidupan. Kita menginsyafi sesuatu dalam hati (Ul 8:5), merenung dalam hati (Mz 19:15), menyimpan firman Allah (Mz 119:11), berpikir dalam hati (Mrk 2:8), dan bergembira dengan hati (Ams 17:22). 

Apakah kita juga menjaga hati kita dengan baik? Sebagaimana water treatment plan memurnikan air yang kemudian dibagi ke masyarakat, apakah kita juga mengolah, membersihkan hati kita? Hati adalah pusat diri, jika hati kia baik, baik pula perbuatan kita.

Panduan Refleksi

  1. Dari perikope Kitab Suci yang saya baca di atas, manakah yang paling menyentuhku? Mengapa? Apa yang Tuhan bisikkan di dalam hatiku?
  2. Bagaimana caramu mengolah, membersihkan, mengatur hati agar tidak dipenuhi dengan kepahitan, kekawatiran, keegoisan, dendam, kebencian, sikap curang, dan lain-lainnya?

Doa
“Bapa di surga, saya mohon berilah padaku hati yang sederhana, tidak menyimpan dendam dan kepahitan, murah hati dan bisa berkurban diri. Hati yang cukup lembut hingga bisa berempati. Hati yang setia dan kesatria. Hati yang tidak melupakan kebaikan-Mu dan sesama. Tidak menyimpan dendam jika dijahati oleh sesama. Kami mohon yang mencintai tanpa menunggu balasan, hati yang ikut berbahagia jika bisa memberi kebahagiaan bagi sesama. Hati yang tekun tidak pernah menjadi kendor jika kurang dihargai, tidak menjadi ngambek jika merasa tidak ditanggapi. Hati yang cinta-habis kepada kemuliaan Putra-Mu Yesus.

Hati yang terpanah akan kasih kepadaMu, dan bakti diri kami ini tidak akan pernah berhenti sebelum masuk Surga”.
Akhiri dengan doa Bapa Kami.

Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC

Exit mobile version