Site icon CIC Sydney

Integritas

Seorang pejabat publik akan mengikrarkan sumpah jabatan sebelum melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sumpah jabatan itu jika disimak, isinya berat karena berjanji untuk bekerja dengan tulus dan tidak akan menerima imbalan apapun kecuali gaji yang menjadi haknya.

Bukan hanya para pejabat, anda dan saya juga pernah mengucapkan janji. Sebelum membentuk keluarga membuat janji pernikahan, sebelum ditahbiskan mengadakan janji selibat dan kesetiaan kepada Uskup dan para penggantinya. Minimal sebelum kita dipermandikan kita berjanji untuk menolak setan dan beriman kepada Tuhan semata.

Bacaan Injil hari Minggu biasa XXVI ini berbicara tentang dua orang anak. Ketika mendapat perintah dari ayahnya, anak sulung segera mengatakan ya, tetapi tidak melaksanakannya. Anak kedua menggatakan tidak mau, tetapi kemudian ia menyesal dan kemudian pergi (Mat 21:28-32). Dan anak yang kedua yang dinyatakan benar oleh Yesus.

Bacaan hari ini mengajak kita untuk menegakkan integritas pribadi. Integritas Pribadi adalah kualitas diri yang melekat pada orang yang senantiasa mendasari setiap tindakan. Itu berarti, pertama, satunya perkataan dan perbuatan. Anak sulung dalam perumpamaan Injil adalah contoh dari jauhnya antara perkataan dan perbuatan. Mengatakan ya, tetapi tidak melaksanakan. Bisa menyanggupi tetapi tidak menepati. Satunya kata dan perbuatan sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan anak dalam keluarga. Anak akan lebih mudah memahami jika disertai dengan contoh-contoh nyata ketimbang kata-kata abstrak dari orangtuanya.

Kedua, Integritas diri juga menyangkut sikap patuh kepada peraturan dan kode etik yang telah disepakati. Dia tidak melanggar sumpah setiap janji publik yang pernah diucapakan. Kalau sudah berjanjiya perlu menepati.

Ketiga, tidak tergoda melakukan penyelewengan meskipun dengan wewenang yang dimiliki dia bisa melakukan apa pun. Misalnya seorang dokter yang tahu bahwa dengan diberi obat generik yang murah bisa sembuh ya tidak perlu pasien diminta untuk membeli obat yang mahal. Kalau tidak perlu memberi intensif ya tida perlu orang diminta memberikan intensif.

Menjaga integritas diri pada zaman sekarang tidaklah mudah. Tata nilai dan ukuran moral masyarakat dewasa ini sering didasarkan pada nilai ekonomi sebagai parameternya. Dalam pemilu, banyak anggota masyarakat lebih memilih atau menghormati orang berduit daripada orang bermoral. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh seberapa banyak orang itu mempunyai harta duniawi dan simbol kemakmuran lainnya dan bukan pada seberapa teguh orang memperjuangkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya.

Dalam menegakkan integritas, kita seyogyanya belajar kepada Yesus sendiri. Yesus adalah teladan sempurna dari ketaatan kepada Bapa. Dia memberikan segala-galanya demi melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Integritas Yesus digambarkan dengan sangat indah oleh Santo Paulus, “Walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taaat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:6-8).

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Exit mobile version