Site icon CIC Sydney

DIPANGGIL UNTUK MENGIKUTI “SANG KEBENARAN” 

Umat CIC Sydney ytk,

Bacaan Injil minggu ini mengajak kita untuk melihat hakekat panggilan kita masing-masing. Manusia merupakan ciptaan yang istimewa, sebab memiliki keunikan yakni akal budi. Dengan kelebihan serta keunggulan yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, manusia memiliki tugas dan peran untuk mempertahankan hidupnya dan serentak juga mampu untuk membangun relasi dengan sesama. Upaya mempertahankan hidup dan membangun relasi dengan sesama demi mencapai puncak dari hidup manusia yakni sebagai makhluk yang luhur dan mulia, sebagai makhluk yang Bahagia banyak disodorkan oleh dunia. Tetapi sebagai seorang kristiani, cara yang perlu dilakukan adalah menemukan Kristus yang telah bangkit sebagai terang dan pelita.

Namun dalam usaha pencarian inilah manusia sering kali tersesat dan salah arah akibat mudah terbawa dan hanyut oleh arus dunia dan segala keinginan daging yang timbul akibat keegoisan dan keserakahan manusia. Iman manusia diperlukan dalam situasi seperti sekarang ini. Kristus sebagai pelita dan terang yang menuntun langkah manusia sangat dibutuhkan agar manusia tidak terus-terusan tersesat dan terseret oleh arus dan godaan dunia. Kristus diutus oleh Allah untuk membawa dan menarik keluar kembali manusia yang telah dibutakan dan telah hanyut oleh godaan serta nafsu dunia. Membawa dan menuntun kembali umat-Nya ke jalan yang benar sehingga kebahagiaan yang diperoleh tidak hanya sebatas kebahagiaan jasmani/tubuh melainkan kebahagiaan jiwa dan roh.

Perjumpaan antara dua orang murid Yohanes dengan Yesus merupakan awal dari peziarahan pewartaan kabar gembira yang akan dilakukan oleh murid-murid Yesus.  Ini merupakan sebuah panggilan pertama murid-murid Yesus. Perjumpaan dengan dua orang murid pertama sebagai langkah baru dalam menyebarkan kabar gembira kepada dunia. Keberanian yang tumbuh di dalam hati kedua murid untuk mengikuti Yesus membuat mereka menemukan Sang Mesias yang diutus oleh Allah.

Panggilan merupakan anugerah yang dikaruniakan kepada setiap orang. Masing-masing dengan tugas serta tanggungjawabnya. Namun untuk menjalakan panggilan tersebut, perlulah untuk juga mendengar siapa yang memanggil agar jangan sampai tersesat dan salah arah. Sebagai umat Katolik, Yesus-lah yang memanggil setiap umat untuk berjalan bersama dengan-Nya. Walau pun ada yang masih tersesat pada jalan yang salah tetapi Ia tidak tinggal diam dan membiarkan domba-domba-Nya sampai kehilangan arah. Dalam bacaan Injil Yohanes 1:35-42, Yesus mulai memanggil murid-Nya yang pertama untuk ikut dengan-Nya mewartakan Injil dan memberitakan Kerajaan Allah demi menyelamatkan umat-Nya yang sedang tersesat untuk kembali kepada-Nya.

Pemuridan meliputi dua unsur. Pertama, pemuridan merupakan suatu perjalanan, suatu petualangan di mana si murid mempercayakan arah perjalanannya kepada sang Guru, maka Yesus mengundang kedua murid untuk datang — untuk memulai peziarahan. Kedua, bagi Yohanes pemuridan meliputi kesempatan untuk mengalami sendiri, maka Yesus mengundang keduanya untuk “melihat” dan belajar sendiri.

KESIMPULAN & RELEVANSI

Melalui bacaan Injil Yohanes 1:35-42 ini, penginjil menyampaikan banyak sekali pesan yang tidak hanya berlaku pada saat kejadian itu terjadi, melainkan pesan itu terus berkelanjutan bagi umat Katolik sekarang ini. Yohanes pembabtis yang tanpa protes membiarkan kedua muridnya pergi dan menjadi murid Yesus menunjukkan sebuah bentuk kerendahan hati yang sulit untuk ditemukan di kehidupan sekarang ini. Banyak sekali orang yang tidak ingin di-nomorduakan dan tetap ingin untuk menjadi seorang yang dipuji. Namun melalui Yohanes yang rendah hati, sebagai umat Katolik, perlu sekali untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan terkadang perlu mengorbankan sesuatu hal untuk memperloeh sesuatu yang lebih baik lagi.

Pesan ini dilanjutkan melalui ungkapan Yohanes yang menyapa Yesus sebagai Anak Domba Allah yang merupakan lambang pengorbanan yang akan dilakukan oleh Yesus demi menghapus dosa manusia. Anak domba yang sering digunakan sebagai korban persembahan disamakan dengan Yesus yang mengorbankan diri-Nya demi menebus dosa manusia. Sekarang ini, Gereja perlu untuk meneladani semangat pengorbanan seperti yang dilakukan oleh Yesus dengan melihat sesama di sekitar kita.

Gereja juga perlu untuk meneladani sikap terbuka seperti yang dilakukan oleh Yesus pada saat Ia yang terlebih dahulu memulai percakapan antara Dia dan dua orang murid Yohanes. Sikap terbuka dari Yesus perlu menjadi pedoman bagi Gereja di zaman sekarang ini untuk menerima orang-orang yang membutuhkan pertobatan dan yang sedang berada di dalam ketersesatan. 

Dunia di sekitar kita saat ini banyak terjadi ketersesatan, termasuk dalam hal hidup berdemokrasi kita menjelang pesta demokrasi di bulan februari mendatang. Menjadi pengikut Kristus berarti berani memperjuangkan kebenaran. Kerendahan hati Yohanes dan keterbukaan hati Yesus untuk berkorban bisa menjadi modal dan pegangan kita untuk menentukan pilihan pemimpin negeri tercinta. Pilihlah pemimpin yang mempunyai karakter yang benar, dan karakter yang benar dimulai dengan sebuah kerendahan hati dan keterbukaannya untuk berkorban.

JANGAN SALAH MEMILIH BRO & SIS!

Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031

Exit mobile version